Rabu, 20 Januari 2016

Pariwisata Banyuwangi menuju Spanyol (Bagian 5)


Malam dingin sekali. Suhu di Madrid mencapai 1-8 derajat. Saat menuju tempat tidur, Pak Bram lupa mematikan telepon. Jadilah malam itu sekitar pukul dua, ada panggilan semacam wake-up call dari Banyuwangi untuk Pak Bram, karena di Banyuwangi sudah pukul 8 pagi, saat untuk mengawali hari kerja. Tapi saya tidur lagi, karena esoknya badan harus fit, cukup tidur. Subuh jam 06.59 hari itu, jadi masih agak lama.

Setelah bangun, kami berdua masih meneruskan persiapan presentasi. Khususnya, merevisi skrip yang akan disampaikan Pak Bram nanti pada Forum Lomba United Nations World Tourism Organization (UNWTO) di gedung Palacio Neptuno.

Jam 07.00 sebenarnya sudah bisa makan pagi ala Eropa yang serba dingin. Tapi karena skrip belum 100 persen siap, kami tetap merevisi. Jam 08.00 baru kami turun makan pagi. Di restoran hotel tempat sarapan ala Eropa, cuma ada roti baget yang keras, roti bulan sabit croissant, keju, telor rebus, susu sapi segar, jus buah dan berbagai macam buah segar maupun buah kaleng seperti peach, pir, nanas dan melon. Untung ada kus-kus, yang seperti nasi, disajikan hangat. Sarapan ditutup dengan teh hangat atau kopi.

Jam  09.00 bis jemputan sudah menunggu di depan hotel kami yang terletak agak di luar kota Madrid. Kami akan singgah sebentar makan siang di restoran makan siang lebih awal, karena setelah berada di gedung tempat lomba, kita tidak ada waktu makan siang lagi, sampai jam 21.00!

Menuju resto bernama Amayra yang terletak di jalan Calle Alcala di tengah kota Madrid, kami melewati beberapa perempatan dengan patung-patung orang terkenal, antara lain Columbus yang menemukan benua baru Amerika.

Dalam perjalanan, menuju tempat makan yang berada di daerah pusat kota Madrid, pemandu wisatanya bercerita untuk tetap berhati-hati ketika kita berada di kawasan ramai. Ternyata pencopet tidak hanya ada di negara-negara berkembang, tapi di negara maju sekalipun juga ada.

Setelah makan siang, kami diburu untuk segera ke tempat lomba di Palacio Neptuno atau Istana Neptunus, sang Dewa Laut dalam mitologi Yunani. Ternyata disebut begitu karena gedung itu terletak di perempatan yang berdiri sebuah patung Neptunus. Panitia mengingatkan kami rombongan Indonesia, untuk lebih awal mendaftar karena pemeriksaan keamanan agak ribet.

Sesampainya di tempat, kami segera berkoordinasi dengan bagian teknis panitia yang mengurus soal materi yang akan ditayangkan dan presentasinya. Sebenarnya, seminggu sebelum acara pun kami sudah mengirimkan materi video dan presentasi yang akan disampaikan. Namun panitia bersikeras kepada kami untuk merevisi materi karena dianggap terlalu panjang. Sehingga, hal pertama  yang kami kerjakan adalah memastikan bahwa materi presentasi sudah sesuai dengan keinginan panitia.

Pada mulanya, tulisan yang disajikan dari tim Banyuwangi kepada panitia adalah: Empat strategi yang digunakan oleh Pemda Banyuwangi mengembangkan pariwisata. Empat strategi itu adalah:

1.       Mengubah mindset pegawai negeri jadi sekedar pegawai serta birokrat pada pemerintah daerah sehingga berubah menjadi seorang dengan mental wirausahawan yang tangguh.

2.       Membranding seluruh kegiatan wisatanya, dan menyebarkannya melalui berbagai media, utamanya media sosial.

3.       Pada tingkat pimpinan, pengambilan keputusan direvolusi dengan memakai bantuan teknologi sederhana seperti whatsapp. Masing-masing pimpinan unit kerja daerah, menjadi anggota whatsapp grup. Seluruh permasalahan dibicarakan lewat forum ini. Hasilnya, proses administrasi birokrasi yang dulu setiap kirim surat perlu waktu tiga hari, dan tiga hari kemudian baru dijawab, sekarang dipotong dalam hitungan menit. Dahulu, masing-masing Unit Kerja Daerah (SKPD) seakan bergerak masing-masing untuk menyukseskan targetnya. Sekarang, untuk gelaran wisata, mereka memberi kontribusi sesuai dengan bidangnya. Misalnya, karpet disediakan bagian umum, pameran diselenggarakan oleh bagian perindustrian dan perdagangan, humas ditangani oleh bagian pariwisata dan seterusnya.

4.       Menggelar event wisata yang menarik, lebih dari 30 event wisata setahun tanpa bantuan penyelenggara event (EO), dan semua ditopang oleh seluruh Unit Kerja pemerintah yang bergotong-royong.

 

Jadi presentasi dari Banyuwangi memerlukan banyak slide untuk menjeberkan masing-masing strateginya. Sementara dari peserta lain, mereka hanya membicarakan satu proyek untuk satu peserta. Mereka melakukannya jauh lebih mudah. Jumlah slide presentasi yang tadinya 42 lembar harus dipangkas menjadi 10 lembar.

Format presentasinya adalah:

1.       Forum dipimpin oleh seorang moderator, yang memberi pengarahan sebentar, mengenalkan para presenter dan memberi pengantar terhadap masing-masing proyek yang ditampilkan.

2.       Presentasi diawali dengan tampilan video satu menit dan kemudian presentasi selama lima menit, untuk menjelaskan seluruh proyek yang ditampilkan.

3.       Setelah semua peserta menyelesaikan tugasnya, moderator akan mengajukan pertanyaan lebih lanjut kepada masing-masing peserta.

 

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar