Rabu, 20 Januari 2016

Pariwisata Banyuwangi menuju Spanyol (6)


Pada saat Lomba, panitia tidak hanya menampilkan presentasi para finalis saja. Justru yang menurut saya sangat menarik adalah pidato beberapa pakar pariwisata yang diundang memberi pencerahan sebelum presentasi dilaksanakan.

Misalnya ada Richard Butler, penerima penghargaan tertinggi untuk perorangan dari UNWTO tahun 2016 ini. Butler menggaris mengenalkan tentang Siklus Kehidupan Tempat Wisata. Seperti benda dan makhluk hidup, tempat wisata mempunyai siklus juga: Berkembang, Tumbuh dan akhirnya Menurun. Setiap saat harus ada penyegaran, sehingga sebuah tempat wisata bisa terus menjadi tempat yang menarik untuk pengunjung. Antara lain dengan menampilkan atraksi-atraksi baru.

Dinamisasi menjadi suatu keharusan untuk daerah tujuan pariwisata, sebagai bentuk untuk berkembang. Inovasi bisa dilakukan dengan cari Adoption (adopsi), Adaptation (penyesuaian) dan Appplication (aplikasi).

Misalnya, Adopsi terjadi pada dunia pariwisata, misalnya jaman dahulu mobil salju hanya digunakan untuk Penyelamatan. Sekarang mobil salju (mobil yang rodanya menggunakan gabungan ski dan roda berantai), menjadi bagian dari tempat rekreasi.

Adaptasi, misalnya bagaimana sekarang hotel menggunakan perangkat komunikasi internet untuk mengurus pemesanan (booking).

Aplikasi, dalam usaha “memperbaiki” kondisi wisata sehingga bisa mencapai “sustainable tourism” dilakukan usaha-usaha. Misalnya, mengajak para tamu hotel, untuk tidak mencuci handuknya setiap hari, sehingga bisa menghemat air dan sabun yang berpotensi menghabiskan lebih banyak energi.

Ada juga seorang anak muda Caroline Meledo, Senior Manager Corporate Responsibility jaringan hotel Hilton yang tersebar di 76 negara dengan 370 hotelnya, yang memberi sajian menarik. Dengan jaringannya yang sangat luas itu, hotel Hilton mencari terobosan sederhana untuk dapat memperbaiki lingkungan. Tidak hanya berhenti dengan Penundaan mencuci handuk, bahkan sabun-sabun batangan kecil sisa dari masing-masing kamar, mau dikemanakan?

Dalam program Soap Recycling, Hilton mengajari para pemuda di beberapa negara, mengolah sabun sisa, mensterilkannya, dan membuat sabun baru lantas kemudian dijual. Dengan cara begini, para pemuda yang dilatih bisa menghasilkan 1,6 juta sabun baru dan melahirnya 155.000 pengusaha baru.

Petinggi Facebook, yang membawahi Travel Strategy globalnya, Lee McCabe juga ikut memberi pencerahan soal bagaimana dunia maya mempengaruhi perkembangan pariwisata.

Facebook yang dulu hanya muncul dalam komputer meja, sekarang merambah dunia gawai bergerak dengan percepatan yang luar biasa dan menjadikan mesin uang, karena tahun 2015 ada 8.2 milyar dollar belanja iklan yang dihasilkan dari dunia maya.

Percepatan itu terlihat dari berkurangnya waktu sebuah media baru merambah penggunanya. Sudah diukur bagaimana sebuah media mencapai 50 juta orang. Radio perlu 38 tahun, tv perlu 13 tahun, internet perlu 4 tahun, Facebook perlu 3.5 tahun dan I-pod hanya perlu 3 tahun.

Dunia aplikasi merambah seluruh aspek kehidupan manusia. Tak hanya mobil, hotel, penerbangan dan Virtual Reality (vr). Saat ini bahkan calon wisatawan bisa melihat 360 video sebuah tempat wisata, dengan video yang bergerak seperti kemauannya masing-masing.

Singkatnya, inovasi itu adalah Connection (koneksi), Convenience (Kenyamanan) dan Context (personalisasi media).

Dan mengutip Steve Jobs, koordinator Knowledge Network UNWTO, Eunji Tae mengatakan inovasi membedakan seorang pemimpin dan pengekor. Dan sebuah pepatah Cina, mengatakan, kalau angin berhembus kencang, sebagian orang membangun tembok untuk berlindung, sebagian lagi membangun kincir angin.

Jadi, pariwisata perlu inovasi untuk bisa mencapai tingkatan yang lebih baik.

 

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar