Senin, 06 Juli 2015

Apa arti kata "paran" dalam bahasa Using?


Tulisan berikut bermaksud menggali arti kata “paran” yang sangat penting dan banyak digunakan dalam bahasa Using.
Dalam kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia yang disusun oleh (almarhum) Hasan Ali, paran mempunyai tiga arti:
1.       Paran, yang berupa kata benda (n) berarti bunga pohon bambu. Dalam catatan kamus itu juga, bunga pohon bambu ada yang menyebut Paren.
2.       Paran, yang dikategorikan sebagai pronomina (kata ganti orang/penunjuk) dan berasal dari bahasa Jawa Kuno, berarti apa; kata tanya yang menanyakan nama (jenis, sifat) sesuatu; kata tanya sebagai pengganti sesuatu; pengganti sesuatu yang kurang terang;
Arti yang kedua ini paling banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari dan banyak digunakan dalam konteks bertanya.
Kalau digunakan dalam posisi di depan kalimat, diikuti oleh kata benda. Misalnya:
“Paran arane?” (Apa namanya?)
 “Paran sebabe?” (Apa sebabnya?)
“Paran endane?” (Apa kira-kira ya?). Pertanyaan ini bisa juga ditujukan kepada diri sendiri saat bertanya-tanya, mencoba mencari jawaban dari suatu masalah.
“Paran bain.......................?” (Apa saja?) biasanya diikuti oleh kata benda. Misalnya “Paran bain asile?” (Apa saja hasilnya?)
Sementara kata paran apabila diletakkan dalam posisi akhir mengikuti sebuah kata, kata tersebut adalah kata kerja. Misalnya:
“Arep paran?” (Mau apa?)
“Nunggang paran?” (Naik apa?)
“Njaluk paran?” (Minta apa?)
“Njuwut paran?” (Ambil apa?)
“Olih paran?” (Dapat apa?)
“Olah paran?” (Masak apa?)
Tapi paran tidak sekedar berarti “apa”, dalam konteks kalimat lain ataupun bila diucapkan dengan intonasi yang berbeda, bukan intonasi tanya.
3.       Sebenarnya ekspresi “Paran bain ya?” dalam contoh di nomer satu, arti harfiahnya (Apa saja ya?) dan yang dimaksud kurang lebih dengan “Paran-paranan tah wis?” (lihat nomer 11).
4.       “Paran!” diucapkan oleh salah satu dari dua orang yang bersitegang, bisa berarti sebuah ucapan menantang lawan bicara.
5.       “Sak paran-paran” , kata ini ada di dalam kamus, yang diberi arti: ke mana-mana; di mana-mana.
Misalnya dalam kalimat:
“Gawanane dhedhegan sak paran-paran.” (Bawaannya berserakan di mana-mana).
6.       “Sing paran-paran”, juga bukan sebuah pertanyaan, tapi pernyataan “Tidak apa-apa.”
7.       “Sing dadi paran” merupakan pernyataan juga, arti harfiahnya: “Tidak menjadi apa.” Yang maksudnya senada dengan  “Tak apa-apa” atau “Tak jadi soal.”
8.       “Paran jare” tidak ada unsur pertanyaan sama sekali, karena berarti pasrah kepada keadaan. “Jare” berarti “katanya”. Jadi kurang lebih artinya setaraf dengan ekspresi “Apa hendak dikata” atau “Apa boleh buat”. Dan kadang bisa berarti, “Terserah lah.”
9.       “Paran dicekek?” arti harfiahnya memang “Apa yang dimakan?” tetapi kalimat itu berarti penolakan “Ngapain!”. Misalnya dalam percakapan:
“Ayo, kesuk melaku nyang Songgon.” (“Yuk, besok jalan ke Songgon”)
“Paran dicekek nong kana.” (“Ngapain di sana!”)
10.   “Paran-paranan?” kalau diucapkan dengan intonasi bertanya berarti “menyerupai apakah ini?” seperti:
“Iki menganan paran-paranan ya? (“Ini mainan yang menyerupai apa ya?”)
“Iki jaran-jaranan.” (“Ini kuda-kudaan” atau “permainan yang menyerupai kuda.”)
11.   Tetapi “Paran-paranan” kalau diucapkan dengan intonasi lantang, “Paran-paranan iki!” merupakan sebuah ungkapan retoris, pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Ia bisa berarti menyatakan ada sesuatu yang tidak beres, dan harus disudahi. Misalnya dalam konteks, seorang ayah yang menghentikan pertengkaran kakak adik:
“Iki paran-paranan tah wis” arti harfiahnya “Ini apa-apaan ya” yang intinya seruan untuk menghentikan pertengkaran.
Atau dalam pembicaraan, seorang anak yang dikerjai oleh teman-temannya pada saat perayaan ulang tahunnya. Lantas dia protes dengan mengatakan “Paran-paranan tah wis” (Apa-apaan ya?) yang berarti dia ingin teman-temannya menghentikannya.

12. Paran juga bisa berarti seperti penegasan seperti dalam bahasa Indonesia “...sih.”
Contoh: “Kupinge hing gelem ngerungokaken omongan Emake, paran.”
(Kupingnya tidak mau mendengarkan nasihat Emak sih.”
 
              Atau Anda punya penggunaan kata “Paran” dengan arti lain?
 
(iwandear@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar