Tulisan berikut bermaksud menggali arti kata “paran” yang
sangat penting dan banyak digunakan dalam bahasa Using.
Dalam kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia yang disusun oleh
(almarhum) Hasan Ali, paran mempunyai tiga arti:
1.
Paran,
yang berupa kata benda (n) berarti bunga pohon bambu. Dalam catatan kamus itu
juga, bunga pohon bambu ada yang menyebut
Paren.
2.
Paran,
yang dikategorikan sebagai pronomina (kata ganti orang/penunjuk) dan berasal
dari bahasa Jawa Kuno, berarti apa;
kata tanya yang menanyakan nama (jenis, sifat) sesuatu; kata tanya sebagai
pengganti sesuatu; pengganti sesuatu yang kurang terang;
Arti yang kedua ini paling banyak
digunakan dalam percakapan sehari-hari dan banyak digunakan dalam konteks
bertanya.
Kalau digunakan dalam posisi di
depan kalimat, diikuti oleh kata benda. Misalnya:
“Paran arane?” (Apa namanya?)
“Paran sebabe?” (Apa sebabnya?)
“Paran endane?” (Apa kira-kira
ya?). Pertanyaan ini bisa juga ditujukan kepada diri sendiri saat
bertanya-tanya, mencoba mencari jawaban dari suatu masalah.
“Paran
bain.......................?” (Apa saja?) biasanya diikuti oleh kata benda.
Misalnya “Paran bain asile?” (Apa saja hasilnya?)
Sementara kata paran apabila diletakkan dalam posisi
akhir mengikuti sebuah kata, kata tersebut adalah kata kerja. Misalnya:
“Arep paran?” (Mau apa?)
“Nunggang paran?” (Naik apa?)
“Njaluk paran?” (Minta apa?)
“Njuwut paran?” (Ambil apa?)
“Olih paran?” (Dapat apa?)
“Olah paran?” (Masak apa?)
Tapi paran tidak sekedar berarti “apa”, dalam konteks kalimat lain
ataupun bila diucapkan dengan intonasi yang berbeda, bukan intonasi tanya.
3.
Sebenarnya ekspresi “Paran bain ya?” dalam
contoh di nomer satu, arti harfiahnya (Apa saja ya?) dan yang dimaksud kurang
lebih dengan “Paran-paranan tah wis?” (lihat nomer 11).
4.
“Paran!” diucapkan oleh salah satu dari dua
orang yang bersitegang, bisa berarti sebuah ucapan menantang lawan bicara.
5.
“Sak paran-paran” , kata ini ada di dalam kamus,
yang diberi arti: ke mana-mana; di mana-mana.
Misalnya dalam kalimat:
“Gawanane dhedhegan sak paran-paran.”
(Bawaannya berserakan di mana-mana).
6.
“Sing paran-paran”, juga bukan sebuah
pertanyaan, tapi pernyataan “Tidak apa-apa.”
7.
“Sing dadi paran” merupakan pernyataan juga,
arti harfiahnya: “Tidak menjadi apa.” Yang maksudnya senada dengan “Tak apa-apa” atau “Tak jadi soal.”
8.
“Paran jare” tidak ada unsur pertanyaan sama
sekali, karena berarti pasrah kepada keadaan. “Jare” berarti “katanya”. Jadi
kurang lebih artinya setaraf dengan ekspresi “Apa hendak dikata” atau “Apa
boleh buat”. Dan kadang bisa berarti, “Terserah lah.”
9.
“Paran dicekek?” arti harfiahnya memang “Apa
yang dimakan?” tetapi kalimat itu berarti penolakan “Ngapain!”. Misalnya dalam percakapan:
“Ayo, kesuk melaku nyang Songgon.” (“Yuk,
besok jalan ke Songgon”)
“Paran dicekek nong kana.” (“Ngapain di
sana!”)
10.
“Paran-paranan?” kalau diucapkan dengan intonasi
bertanya berarti “menyerupai apakah ini?” seperti:
“Iki menganan paran-paranan ya? (“Ini
mainan yang menyerupai apa ya?”)
“Iki jaran-jaranan.” (“Ini kuda-kudaan”
atau “permainan yang menyerupai kuda.”)
11.
Tetapi “Paran-paranan” kalau diucapkan dengan
intonasi lantang, “Paran-paranan iki!” merupakan sebuah ungkapan retoris,
pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Ia bisa berarti menyatakan ada sesuatu yang
tidak beres, dan harus disudahi. Misalnya dalam konteks, seorang ayah yang menghentikan
pertengkaran kakak adik:
“Iki paran-paranan tah wis” arti harfiahnya
“Ini apa-apaan ya” yang intinya seruan untuk menghentikan pertengkaran.
Atau dalam pembicaraan, seorang anak yang
dikerjai oleh teman-temannya pada saat perayaan ulang tahunnya. Lantas dia
protes dengan mengatakan “Paran-paranan tah wis” (Apa-apaan ya?) yang berarti
dia ingin teman-temannya menghentikannya.
12. Paran juga bisa berarti seperti penegasan seperti dalam bahasa Indonesia “...sih.”
Contoh: “Kupinge hing gelem ngerungokaken omongan Emake, paran.”
(Kupingnya tidak mau mendengarkan nasihat Emak sih.”
12. Paran juga bisa berarti seperti penegasan seperti dalam bahasa Indonesia “...sih.”
Contoh: “Kupinge hing gelem ngerungokaken omongan Emake, paran.”
(Kupingnya tidak mau mendengarkan nasihat Emak sih.”
Atau Anda
punya penggunaan kata “Paran” dengan arti lain?
(iwandear@gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar