Rabu, 08 Juli 2015

Tentang /ai/, /au/ dan diftong dalam bahasa Using


Sebagian penutur bahasa Using ada yang menanyakan soal bunyi /-ai/ atau /-au/ yang terdengar dalam percakapan bahasa Using. Mengapa dalam pelajaran sekolah, bunyi /-ai/ atau /-au/ itu tidak pernah ditulis. Jadi seakan-akan ejaan yang diajarkan di sekolah itu tidak sesuai dengan omongan yang sebenarnya.
   Sebagai contoh: /ikai/ ditulis /iki/ atau /ikau/ ditulis /iku/. Mengapa /ikai/ tidak ditulis /ikai/ dan /ikau/ ditulis “ikau”?
   Sebelumnya, perlu diperkenalkan, dalam ilmu bahasa, ada istilah “fonem” yaitu satuan terkecil dalam bahasa yang bisa membedakan arti.
   Misalnya, kata /suduk/ (Ind: ‘tusuk’) dan /suwuk/ (Ind: ‘jampi-jampi’), terdapat perbedaan arti karena perbedaan huruf /d/ dan /w/. Dengan demikian /d/ dan /w/ adalah fonem dalam bahasa Using.
   Satu lagi istilah ilmu bahasa, ada yang dinamakan “diftong” yang merupakan dua bunyi huruf hidup yang menjadi satu (berurutan). Dalam bahasa Indonesia, misalnya, ada /au/dalam kata /harimau/. Pemisahan suku katanya adalah ha-ri-mau, bukan ha-ri-ma-u. Jadi /au/ merupakan diftong, satu fonem dalam bahasa Indonesia. Contoh lain /tunai/, suku katanya adalah tu-nai. Jadi /ai/ adalah diftong dan fonem dalam bahasa Indonesia.
   Dalam bahasa Using, ada bunyi /ai/ dan /au/, apakah itu merupakan diftong? Kalau iya, seharusnya ditulis, sementara kalau bukan diftong tidak perlu ditulis seperti yang selama ini sudah dilakukan.
   Kalau kita kembalikan kepada definisi tentang fonem di atas, bunyi /ai/ dan /au/ tidak membedakan arti, jadi bukan merupakan fonem.
   Kemunculan bunyi /ai/ atau /au/ hanya ada pada posisi akhir frasa atau kalimat. Pada kata yang sama, apabila tidak muncul dalam akhir frasa atau kalimat, bunyi itu tidak keluar.
   Frasa merupakan susunan kata-kata yang merupakan dari sebuah kalimat, tetapi tidak bisa berdiri sendiri. Sementara kalimat adalah kumpulan kata-kata yang mempunyai arti dan berdiri sendiri, sehingga diakhiri dengan tanda baca titik. Sedangkan frasa tidak bisa diakhiri titik, karena memang belum selesai.
   Ambil misal, kata:
   /kelendi/ ‘bagaimana’ apabila di posisi terakhir frasa akan diucapkan: /kelendai/.
   Sementara, dalam frasa:
  /kelendi iki/ akan diucapkan /kelendi ikai/ bukan /kelendai ikai/.
  
   Itulah mengapa, dalam penulisan baku/standar (di dalam artikel, buku, pelajaran di sekolah dll), bunyi /ai/ dan /au/ tidak lah perlu ditulis.
   Akan halnya dalam bahasa tulis yang informal seperti dalam pesan pendek dalam telepon, media sosial dll yang sifatnya seperti obrolan, tidak ada yang menyalahkan apabila akan menulis /ikai/ atau /ikau/. Tetapi sebisa mungkin, kita harus menerapkan bahasa Using dengan ejaan yang benar.
  
   Dikatakan oleh penyusun buku “Tata Bahasa Using” almarhum Hasan Ali, dalam bahasa Using tidak terdapat bunyi diftong, yaitu bunyi dua huruf hidup berurutan yang membedakan arti. Benarkah demikian?
   Saya menemukan paling tidak empat diftong, yang membedakan arti. Bukan /ai/ atau /au/ tetapi tambahan /u/ pada vokal dalam kata sifat yang artinya ‘sangat’.
   Diftong itu adalah /ui/, /ua/, /ue/, /uo/. Baik di dalam sebuah kata atau yang mengawalinya.
 
   Bandingkan, diftong yang muncul di awal kata, dengan kata yang diimbuhinya:
   /uindhul/ ‘sangat enak’ dan /indhul/ ‘enak’
   /uadoh/ ‘sangat jauh’ dan /adoh/ ‘jauh’.
   /uomes/ ‘sangat telaten’ dan /omes/ ‘telaten’  
   /uelek/ ‘sangat jelek’ dan /elek/ ‘jelek’
 
   Atau yang di dalam kata:
   /cuilil/ ‘sangat kecil’ dan /cilil/ ‘kecil’
   /tueles/’sangat basah’ dan /teles/ ‘basah’
   /kuathah/ ‘sangat banyak’ dan ‘kathah/ ‘banyak’
   /kuothor/ ‘sangat kotor’ dan /kothor/ ‘kotor’
 
Kalau dalam pemisahan suku katanya, dua huruf tersebut akan menjadi:
   /uindhul/ à uin-dhul
   /uadoh/ à ua-doh
   /uomes/ à uo-mes  
   /uelek/ à ue-lek
 
   Atau yang di dalam kata:
   /cuilil/ à cui-lil
   /tueles/ à tue-les
   /kuathah/ à kua-thah
   /kuothor/ à kuo-thor
 
  
  Jelas penambahan fonem /u/ pada kata sifat ini membedakan arti, karenanya menurut saya, inilah diftong dalam bahasa Using.
   Kalau anda punya pemikiran lain silahkan dibantah.
 
(iwandear@gmail.com)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar