Senin, 09 November 2015

Obituari: Pak Maskur


Hari Minggu tanggal 1 November 2015, saya masih sempat minum kopi bareng Pak Masykur, mantan ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB). Jumat tanggal 6 November saya dapat kabar beliau meninggal setelah bermain badminton. Mudah-mudahan beliau dilapangkan kuburnya, diampuni dosanya.

Saya sebenarnya tidak banyak “bergaul” dengan beliau. Sebelum perkenalan jabat tangan, saya sudah membaca buku pelajaran bahasa Using untuk anak sekolah SD/MI dan SMP/Tsanawiyah yang beliau gawangi bersama penulis lain yaitu, Lancar Basa Using. Sampai sebelum meninggal, beliau juga masih menjadi Ketua Tim Pembelajaran Bahasa Using.

Hanya sesekali beliau mendatangi acara yang saya bikin. Beliau lebih banyak kesibukannya di luar malah, sehingga terakhir bertemu bulan Mei 2015 saat peluncuran buku kumpulan cerpen Jala Sutra karya Moh. Syaiful dan Nur Holipah.

Beliau masih bersemangat kalau diajak berbicara soal kebudayaan Banyuwangi dan bagaimana melestarikannya. Hari minggu itu misalnya, beliau bercerita beberapa kali ke Surabaya untuk bolak-balik ingin mendudukan bahasa Using pada tempatnya. Seperti diketahui, Peraturan Gubernur tahun 2014, hanya merujuk pada bahasa Jawa dan Madura sebagai bahasa yang diajarkan di sekolah sebagai muatan lokal.

Tanpa menyebut bahasa Using, peraturan tersebut seperti menafikkan keberadaan bahasa Using yang sudah mulai diajarkan di sekolah tahun 1997.

Siang tanggal 1 November itu, Pak Maskur bercelana pendek dan datang dengan semangat menggebu untuk membicarakan berbagai perkembangan yang ada di Banyuwangi. Satu nasihatnya yang saya ingat adalah: “Janganlah sakit hati dengan orang yang lemah.”

“Maaf kan mereka, bantu mereka, meski omongan mereka kadang menyakitkan hati kita,” kata beliau.

Selamat jalan Pak Maskur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar