Selasa, 28 Februari 2017

Karya Sastra Using mengalahkan karya Sastra Jawa pada Rancage 2017


 
 

Minggu akhir Februari dan awal Maret 2017 akan tercatat sebagai salah satu tonggak bersejarah untuk Sastra Using. Minggu terakhir bulan Februari ini diumumkan bahwa karya novel sejarah dwi bahasa Using-Indonesia, berjudul Agul-Agul Belambangan yang ditulis oleh Moh. Syaiful, menyabet Hadiah Sastra Rancage 2017.
Waktunya berdekatan dengan minggu pertama bulan Maret, saat perayaan satu tahun, munculnya cerita pendek berbahasa Using di tabloid mingguan Bisnis Banyuwangi tanpa jeda.
Dua kejadian berurutan ini sungguh menggembirakan sekaligus memunculkan keprihatinan tetapi membanggakan. Menggembirakan karena untuk pertama kali karya sastra Using diikutsertakan pada penilaian Sastra Rancage. Yayasan Kebudayaan Rancage sudah sejak tahun 1989 memberikan hadiah sastra mula-mula hanya kepada karya berbahasa Sunda. Lantas melebar, dengan memasukkan kategori Sastra Jawa, Bali, Lampung, Batak. Rancage menilai karya bahasa daerah yang secara rutin menelorkan karya berturut-turut dalam tiga tahun terakhir.  

Memprihatinkan karena karya sastra Using, dimasukkan ke dalam kategori Jawa. Meski ada perdebatan bahwa Using merupakan bahasa tersendiri, dan kubu lain yang mengatakan bahwa Using hanyalah dialek Jawa, akhirnya panitia memutuskan merujuk pada Peraturan Gubernur Jawa Timur (nomor 19 tahun 2014) yang dalam Bab I Pasal 1 no. 9 tercantum : “Bahasa Daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa Timur yang terdiri dari bahasa Jawa dan Bahasa Madura.” Yang akhirnya diambil kesimpulan bahwa Bahasa Using merupakan dialek Bahasa Jawa, sehingga karya sastra Using dilombakan dalam kategori bahasa Jawa.

Membanggakan karena untuk pertama kalinya ikut, Karya Sastra Using sudah mampu menyabet hadiah Rancage mengalahkan karya-karya sastra berbahasa Jawa lainnya.

Novel Agul-Agul Belambangan sebenarnya ditulis dalam bahasa Using oleh Moh. Syaiful, yang juga sekretaris Paguyuban Sengker Kuwung Belambangan (SKB). Naskahnya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara keroyokan oleh anggota SKB lainnya, misalnya kang Hasan Sentot, Hani Z. Noor, Satria Pujangga dan Nur Holipah. Sementara covernya yang apik dikerjakan oleh Taufik Saleh.

Naskah tersebut sempat mengalami penundaan penerbitan beberapa bulan karena banyak yang didiskusikan dalam WAG SKB, misalnya perdebatan tentang senjata yang dipakai pasukan Belanda saat itu, apakah sudah ada pistol atau menggunakan laras panjang. Dalam naskah asli, diceritakan tentang orang yang bertamu dan mendapat suguhan kopi. Akhirnya disepakati, minuman yang disajikan adalah secang sereh yang memang lebih dulu ada daripada komoditi baru, yaitu kopi.

Memang di situlah salah satu kesulitan menulis novel sejarah, harus teliti untuk membaca referensi sehingga diharapkan tidak muncul kesalahan pemahaman apa yang sudah ada atau belum dalam kurun waktu tertentu.

Penggagas Hadiah Rancage Pak Ajip Rosidi mengatakan tahun 2016 terdapat 20 judul buku sastera yang terbit dalam bahasa Jawa selama tahun 2016, termasuk dua judul yang disebut sebagai buku bahasa Using. Sepuluh judul berbentuk roman, dengan tujuh judul ditulis oleh Tulis S., dan tiga judul yang lain adalah karya Tiwiek S., Narko Sodrun Budiman, Ismoe Riyanto dan Moh. Syaiful. Ada tiga judul kumpulan sajak (guritan) yaitu buah tangan Kanjeng Sastra Taruna, Suci Hadi Suwita dan Yusuf Susilo Hartono. Selain itu ada lima judul kumpulan cerpen yaitu masing-masing karya Nardi, J.F.X. Hoery, Tiwiek SA, St. Sri Emyani dan R. Suwardanidjaja dan kumpulan bersama Kembang Ronce 2016 yang disunting oleh Antariksawan Jusuf dan Hani Z. Noor.

Lebih lanjut Pak Ajip menulis dalam akun FB Rancage: “Agul-Agul Belambangan karya Moh. Syaiful berupa roman sejarah, berlatar belakangkan sejarah setempat kerajaan Blambangan. Yang menjadi tokoh-tokohnya dikenal dalam legenda sejarah melainkan hidup dalam masarakat, seperti Agung Willis, Rempek Jagapati, Mas Ayu Wiwit, Ki Sumur Gemuling, Ki Macan Jingga, dll. Begitu juga nama-nama tempat terjadinya peristiwa banyak yang sekarang pun masih ada, walaupun ada yang namanya berubah.”

“Perjuangan para patriot Blambangan melawan Belanda (VOC) yang mau memperluas kekuasaannya menjajah Indonesia perlu diketahui oleh keturunannya sekarang. Maka roman sejarah adalah salah satu bentuk sastera yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Roman sejarah yang menarik sebagai cerita dapat memberi tahu pembacanya tentang sejarah yang sebenarnya. Sayang bahwa jumlah roman sejarah dan penulisnya relatif tidak banyak, padahal banyak peristiwa sejarah di seluruh tanahair Indonesia yang akan menarik kalau dijadikan roman sejarah. Tokoh-tokoh sejarah di berbagai daerah di Indonesia banyak yang dapat dijadikan tokoh roman yang akan mengikat hati pembaca. Tapi penulisan roman sejarah memang memerlukan penelitian bukan hanya tentang legenda daerah, melainkan juga tentang naskah-naskah bahkan prasasti-prasasti agar dapat dipertahankan secara sejarah. Penulisan sejarah lokal yang dapat dijadikan bahan masih sedikit, dan bahan-bahan yang sudah diteliti pun banyak yang belum menarik pengarang untuk menjadi latar belakang ceritanya.”

“Dalam beberapa puluh tahun terakhir memang banyak penelitian yang dilakukan terhadap sejarah lokal beberapa daerah tapi belum merangsang pengarang kreatif untuk menyusun roman sejarah. Apa yang dilakukan oleh M. Syaiful menulis roman sejarah dengan latar belakang sejarah kerajaan Blambangan melawan Belanda niscaya akan membukakan mata keturunan Blambangan sekarang terhadap perjuangan nenek moyangnya mengusir penjajah. Dan yang berjuang melawan penjajah itu tidak hanya kerajaan Blambangan saja. Kerajaan-kerajaan lain pun di seluruih Indonesia melakukan perlawanan terhadap penjajah. Maka Hadiah Sastera “Rancagé” 2017 untuk karya dalam bahasa Jawa dihaturkan kepada Agul-agul Belambangan Roman sejarah karya Moh. Syaiful (terbitan Sengker Kawung Belambangan, Banyuwangi, 2016). “

Karya tulis berbahasa Using mulai banyak memenuhi pasar sejak tahun 2013. Pada tahun-tahun sebelumnya sesudah diterbitkannya Kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia karya Hasan Ali (2002), hanya ada satu karya berbahasa Using, yaitu Pereng Puthuk Giri karya Abdullah Fauzi.

Tahun 2012, sekelompok dosen dari Universitas Jember, Ayu Sutarto, Marwoto dan Heru SP Saputra, mengeluarkan buku dongeng yang berjudul Mutiara Yang Tersisa III, Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Using. Cerita utama disajikan dalam bahasa Indonesia, dan disandingkan bersamaan dengan bahasa Using dan bahasa Inggris.

Setelahnya bermunculan lebih selusin penerbitan, novel (Nawi BKL Inah, Niti Negari Bala Abangan, Agul-Agul Belambangan), kumpulan artikel (Membicarakan Seni dan Sastra Banyuwangi, Enam Mata Tentang Banyuwangi) kumpulan cerpen (Kembang Ronce 2013/2014/2015/2016, Jala Sutera, Balambangan 1771), kumpulan cerita anak (Markas Ketelon, Kemiren (Kisah Barong Jakripah dan Paman Iris)) dan penunjang pelajaran sekolah (Isun Dhemen Basa Using jilid 1 dan 2, Nganggit Nganggo Basa Using).

 
Paguyuban Sengker Kuwung Belambangan (SKB) merupakan sebuah paguyuban yang mempunyai ketertarikan dalam kegiatan budaya di Banyuwangi, dalam bidang dokumentasi budaya, pelatihan dan menyelenggarkan festival. Sejak tahun 2013, sudah menerbitkan 14 buku berbahasa Using dan menyelenggarakan pelatihan menulis dalam bahasa Using. Bukunya terdiri dari berbagai jenis: novel, kumpulan artikel, kumpulan cerpen, cerita anak-anak dan buku bahasa penunjang pelajaran sekolah.

   SKB setiap tahun dalam lima tahun terakhir secara rutin menyelenggarakan Lomba Mengarang Cerita Pendek Berbahasa Using. Dimulai dari tahun 2013, setiap tahunnya terdapat kurang lebih 50 naskah yang masuk ke panitia.

   Selain menyelenggarakan Pelatihan Menulis, Lomba Mengarang, menerbitkan berbagai buku, bekerjasama dengan tabloid Bisnis Banyuwangi memunculkan cerpen berbahasa Using seminggu sekali, yang terakhir, bekerjasama dengan Radio Blambangan 88,1 FM menyelenggarakan Lomba Ngeja Basa Using untuk murid SD.

  Kejadian minggu-minggu ini akan ditulis dalam sejarah perkembangan sastra Using, bahwa karya sastra Using sudah setara dengan karya bahasa daerah lainnya. Dan mudah-mudahan semakin banyak karya bermutu pada tahun-tahun mendatang.

 

Ditulis oleh Antariksawan Jusuf, ketua umum Sengker Kuwung Belambangan

3 komentar:

  1. semoga tak menjadikan kami sekedar bertepuk dada namun bertepul tangan lalu singsingkan lengan baju. Selamat juga SKB

    BalasHapus
  2. semoga tak menjadikan kami sekedar bertepuk dada namun bertepul tangan lalu singsingkan lengan baju. Selamat juga SKB

    BalasHapus
  3. Keren sekali.. salut buat Paguyuban SKB :)

    BalasHapus