Minggu
akhir Februari dan awal Maret 2017 akan tercatat sebagai salah satu tonggak bersejarah
untuk Sastra Using. Minggu terakhir bulan Februari ini diumumkan bahwa karya
novel sejarah dwi bahasa Using-Indonesia, berjudul Agul-Agul Belambangan yang ditulis oleh Moh. Syaiful, menyabet
Hadiah Sastra Rancage 2017.
Waktunya
berdekatan dengan minggu pertama bulan Maret, saat perayaan satu tahun, munculnya
cerita pendek berbahasa Using di tabloid mingguan Bisnis Banyuwangi tanpa jeda.
Dua kejadian
berurutan ini sungguh menggembirakan sekaligus memunculkan keprihatinan tetapi
membanggakan. Menggembirakan karena untuk pertama kali karya sastra Using
diikutsertakan pada penilaian Sastra Rancage. Yayasan Kebudayaan Rancage sudah
sejak tahun 1989 memberikan hadiah sastra mula-mula hanya kepada karya
berbahasa Sunda. Lantas melebar, dengan memasukkan kategori Sastra Jawa, Bali,
Lampung, Batak. Rancage menilai karya bahasa daerah yang secara rutin
menelorkan karya berturut-turut dalam tiga tahun terakhir. Memprihatinkan karena karya sastra Using, dimasukkan ke dalam kategori Jawa. Meski ada perdebatan bahwa Using merupakan bahasa tersendiri, dan kubu lain yang mengatakan bahwa Using hanyalah dialek Jawa, akhirnya panitia memutuskan merujuk pada Peraturan Gubernur Jawa Timur (nomor 19 tahun 2014) yang dalam Bab I Pasal 1 no. 9 tercantum : “Bahasa Daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa Timur yang terdiri dari bahasa Jawa dan Bahasa Madura.” Yang akhirnya diambil kesimpulan bahwa Bahasa Using merupakan dialek Bahasa Jawa, sehingga karya sastra Using dilombakan dalam kategori bahasa Jawa.
Membanggakan
karena untuk pertama kalinya ikut, Karya Sastra Using sudah mampu menyabet
hadiah Rancage mengalahkan karya-karya sastra berbahasa Jawa lainnya.
Novel
Agul-Agul Belambangan sebenarnya ditulis dalam bahasa Using oleh Moh. Syaiful,
yang juga sekretaris Paguyuban Sengker Kuwung Belambangan (SKB). Naskahnya
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara keroyokan oleh anggota
SKB lainnya, misalnya kang Hasan Sentot, Hani Z. Noor, Satria Pujangga dan Nur
Holipah. Sementara covernya yang apik dikerjakan oleh Taufik Saleh.
Naskah
tersebut sempat mengalami penundaan penerbitan beberapa bulan karena banyak
yang didiskusikan dalam WAG SKB, misalnya perdebatan tentang senjata yang
dipakai pasukan Belanda saat itu, apakah sudah ada pistol atau menggunakan
laras panjang. Dalam naskah asli, diceritakan tentang orang yang bertamu dan
mendapat suguhan kopi. Akhirnya disepakati, minuman yang disajikan adalah
secang sereh yang memang lebih dulu ada daripada komoditi baru, yaitu kopi.
Memang
di situlah salah satu kesulitan menulis novel sejarah, harus teliti untuk
membaca referensi sehingga diharapkan tidak muncul kesalahan pemahaman apa yang
sudah ada atau belum dalam kurun waktu tertentu.
Penggagas
Hadiah Rancage Pak Ajip Rosidi mengatakan tahun 2016 terdapat 20 judul buku
sastera yang terbit dalam bahasa Jawa selama tahun 2016, termasuk dua judul
yang disebut sebagai buku bahasa Using. Sepuluh judul berbentuk roman, dengan
tujuh judul ditulis oleh Tulis S., dan tiga judul yang lain adalah karya Tiwiek
S., Narko Sodrun Budiman, Ismoe Riyanto dan Moh. Syaiful. Ada tiga judul
kumpulan sajak (guritan) yaitu buah tangan Kanjeng Sastra Taruna, Suci Hadi Suwita
dan Yusuf Susilo Hartono. Selain itu ada lima judul kumpulan cerpen yaitu
masing-masing karya Nardi, J.F.X. Hoery, Tiwiek SA, St. Sri Emyani dan R.
Suwardanidjaja dan kumpulan bersama Kembang Ronce 2016 yang disunting oleh
Antariksawan Jusuf dan Hani Z. Noor.
Lebih
lanjut Pak Ajip menulis dalam akun FB Rancage: “Agul-Agul Belambangan karya
Moh. Syaiful berupa roman sejarah, berlatar belakangkan sejarah setempat
kerajaan Blambangan. Yang menjadi tokoh-tokohnya dikenal dalam legenda sejarah
melainkan hidup dalam masarakat, seperti Agung Willis, Rempek Jagapati, Mas Ayu
Wiwit, Ki Sumur Gemuling, Ki Macan Jingga, dll. Begitu juga nama-nama tempat
terjadinya peristiwa banyak yang sekarang pun masih ada, walaupun ada yang namanya
berubah.”
“Perjuangan
para patriot Blambangan melawan Belanda (VOC) yang mau memperluas kekuasaannya
menjajah Indonesia perlu diketahui oleh keturunannya sekarang. Maka roman
sejarah adalah salah satu bentuk sastera yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Roman
sejarah yang menarik sebagai cerita dapat memberi tahu pembacanya tentang
sejarah yang sebenarnya. Sayang bahwa jumlah roman sejarah dan penulisnya
relatif tidak banyak, padahal banyak peristiwa sejarah di seluruh tanahair
Indonesia yang akan menarik kalau dijadikan roman sejarah. Tokoh-tokoh sejarah
di berbagai daerah di Indonesia banyak yang dapat dijadikan tokoh roman yang
akan mengikat hati pembaca. Tapi penulisan roman sejarah memang memerlukan
penelitian bukan hanya tentang legenda daerah, melainkan juga tentang
naskah-naskah bahkan prasasti-prasasti agar dapat dipertahankan secara sejarah.
Penulisan sejarah lokal yang dapat dijadikan bahan masih sedikit, dan
bahan-bahan yang sudah diteliti pun banyak yang belum menarik pengarang untuk
menjadi latar belakang ceritanya.”
“Dalam
beberapa puluh tahun terakhir memang banyak penelitian yang dilakukan terhadap
sejarah lokal beberapa daerah tapi belum merangsang pengarang kreatif untuk
menyusun roman sejarah. Apa yang dilakukan oleh M. Syaiful menulis roman
sejarah dengan latar belakang sejarah kerajaan Blambangan melawan Belanda
niscaya akan membukakan mata keturunan Blambangan sekarang terhadap perjuangan
nenek moyangnya mengusir penjajah. Dan yang berjuang melawan penjajah itu tidak
hanya kerajaan Blambangan saja. Kerajaan-kerajaan lain pun di seluruih
Indonesia melakukan perlawanan terhadap penjajah. Maka Hadiah Sastera “Rancagé”
2017 untuk karya dalam bahasa Jawa dihaturkan kepada Agul-agul Belambangan Roman
sejarah karya Moh. Syaiful (terbitan Sengker Kawung Belambangan, Banyuwangi,
2016). “
Karya
tulis berbahasa Using mulai banyak memenuhi pasar sejak tahun 2013. Pada
tahun-tahun sebelumnya sesudah diterbitkannya Kamus Bahasa Daerah
Using-Indonesia karya Hasan Ali (2002), hanya ada satu karya berbahasa Using,
yaitu Pereng Puthuk Giri karya Abdullah Fauzi.
Tahun
2012, sekelompok dosen dari Universitas Jember, Ayu Sutarto, Marwoto dan Heru
SP Saputra, mengeluarkan buku dongeng yang berjudul Mutiara Yang Tersisa III, Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Using.
Cerita utama disajikan dalam bahasa Indonesia, dan disandingkan bersamaan
dengan bahasa Using dan bahasa Inggris.
Setelahnya
bermunculan lebih selusin penerbitan, novel (Nawi BKL Inah, Niti Negari Bala Abangan, Agul-Agul Belambangan),
kumpulan artikel (Membicarakan Seni dan
Sastra Banyuwangi, Enam Mata Tentang Banyuwangi) kumpulan cerpen (Kembang Ronce 2013/2014/2015/2016, Jala
Sutera, Balambangan 1771), kumpulan cerita anak (Markas Ketelon, Kemiren
(Kisah Barong Jakripah dan Paman Iris)) dan penunjang pelajaran sekolah (Isun Dhemen Basa Using jilid 1 dan 2, Nganggit Nganggo Basa Using).
Paguyuban
Sengker Kuwung Belambangan (SKB) merupakan sebuah paguyuban yang mempunyai
ketertarikan dalam kegiatan budaya di Banyuwangi, dalam bidang dokumentasi
budaya, pelatihan dan menyelenggarkan festival. Sejak tahun 2013, sudah menerbitkan
14 buku berbahasa Using dan menyelenggarakan pelatihan menulis dalam bahasa
Using. Bukunya terdiri dari berbagai jenis: novel, kumpulan artikel, kumpulan
cerpen, cerita anak-anak dan buku bahasa penunjang pelajaran sekolah.
SKB setiap tahun dalam lima tahun terakhir
secara rutin menyelenggarakan Lomba Mengarang Cerita Pendek Berbahasa Using.
Dimulai dari tahun 2013, setiap tahunnya terdapat kurang lebih 50 naskah yang
masuk ke panitia.
Selain menyelenggarakan Pelatihan Menulis,
Lomba Mengarang, menerbitkan berbagai buku, bekerjasama dengan tabloid Bisnis
Banyuwangi memunculkan cerpen berbahasa Using seminggu sekali, yang terakhir,
bekerjasama dengan Radio Blambangan 88,1 FM menyelenggarakan Lomba Ngeja Basa
Using untuk murid SD.
Kejadian minggu-minggu ini akan ditulis dalam
sejarah perkembangan sastra Using, bahwa karya sastra Using sudah setara dengan
karya bahasa daerah lainnya. Dan mudah-mudahan semakin banyak karya bermutu
pada tahun-tahun mendatang.
Ditulis
oleh Antariksawan Jusuf, ketua umum Sengker Kuwung Belambangan
semoga tak menjadikan kami sekedar bertepuk dada namun bertepul tangan lalu singsingkan lengan baju. Selamat juga SKB
BalasHapussemoga tak menjadikan kami sekedar bertepuk dada namun bertepul tangan lalu singsingkan lengan baju. Selamat juga SKB
BalasHapusKeren sekali.. salut buat Paguyuban SKB :)
BalasHapus