Sebelum Penghargaan internasional dan tepuktangan membahana
pada pertunjukannya, lahirnya Lalare Orkestra awal mulanya adalah sebuah
program dari Kementrian Pendidikan untuk merevitalisasi kesenian yang hampir
punah.
Ketua Rumah Budaya Osing (RBO) yang juga guru SMPN1, Hasan
Basri, dan Wakil Ketua Purwadi menggagas program pelestarian itu dengan
memanfaatkan potensi lingkungan sekitar. Yang dilirik adalah potensi bambu.
Benda yang banyak ditemui di hampir semua daerah terutama di Kemiren, yang
merupakan markas RBO. Bambu yang banyak terdapat terutama di pinggir-pinggir
sungai, menjadi tak berharga apabila hanya dibikin pagar, atau untuk pembuatan
alas penjemur pindang.
Semula, pelatihan yang dibikin adalah pembuatan alat tabuh
tradisional. Diundanglah ahli pembuat angklung dari Taman Suruh bernama Ardi
dan guru SMPN1 Syaiful, yang sekaligus membuat jadwal berlatih memainkan alat
mustik yang mereka bikin. Karena yang terlibat 29 anak-anak Kemiren, grupnya
dinamakan Laren (Lare Kemiren).
Angklung dianggap terlalu mainstream, terlalu umum, kentulitan-lah akhirnya dijadikan
pilihan. Menurut Syaiful, angklung menggunakan bumbung, dengan resonansi
menjadi satu bagian dengan bilah bunyi. Biasanya, angklung terdiri dari 14-15
nada. Sementara Kentulitan tidak memiliki ruang resonansi, resonansinya
terpisah dan terbuat dari kayu yang juga dipakai sebagai penyangga.Mereka ini juga belajar membuat angklung, slenthem,
patrol, saron, pethit yang semuanya terbuat dari bambu.
Suatu saat, pertemuan Masyarakat Adat yang dituanrumahi oleh
RBO, menampilkan Laren. Ketua Dewan Kesenian
Blambangan (DKB) Samsudin Adlawi yang mendatangi acara tersebut tertarik untuk
menampilkannya sebagai bagian dari Banyuwangi Festival.
Untuk latihan rutin yang diadakan DKB bertempat di RBO maupun di SMPN1 Banyuwangi, direkrutlah dedengkot musik Banyuwangi Yon DD, Ketua sanggar
Damarwangi Sayun Sisiyanto, Ribut dan Syaiful. Syaiful, yang juga melatih
anak-anak bermain musik tradisional sebagai Penata Artistik dan Pelatih Senior
di Sanggar Jingga Putih Gladag Rogojampi pimpinan maestro Sumitro Hadi, menarik
pula anak asuhannya dari SMPN1 Banyuwangi tempat sehari-hari ia mengajar, dan
juga dari Rogojampi, Singojuruh, dan Srono. Sayun juga mengajak murid-muridnya
dari Wonosobo, Srono, Muncar dan sekitarnya. Hingga jumlahnya mencapai 100
anak.
Yang membedakan keduanya adalah Laren memainkan lagu-lagu “sawahan” lagu-lagu kuno desa Kemiren.
Misalnya lagu Kertas Mabur, Kembang Jeruk,
Thetho Lelung, Lemar-Lemir, Lebak-lebak, Walang Kekek.
Sementara Lalare
Orkestra memainkan musik dan lagu daerah yang lebih modern dan diaransemen
ulang. Lagu-lagu yang dibawakan antara
lain: Ulan Andhung-andhung, Padhang Ulan,
Umbul-umbul Belambangan, Belajar Ngaji, Ayo Sekolah, Kupu Cedhung, Usum
Layangan.
Pentas mereka pertama adalah saat Penghargaan Seniman Dan Budayawan Banyuwangi oleh DKB bertempat di
RBO bulan Desember 2014. Lantas disusul Green and Recycle Fashion Week tanggal
13 Maret 2015. Dan puncaknya pada tanggal 1 Agustus 2015, di pentas Taman
Blambangan, digelarlah Festival Perkusi
dan Konser Lalare Orkestra. Lalare Orkestra, menampilkan 13 lagu
tradisional, disaksikan oleh sekitar 5000 penonton. Penampilannya yang hampir
tiada cacatnya itu, berkat latihan dan kerja keras, mengundang tepuk tangan
ribuan penonton. Mereka ini masa depan Banyuwangi, yang menjaga warisan
kesenian tradisional Banyuwangi.
Tidak salah, kalau organisasi pariwisata Asia Pacific PATA,
mengganjarnya dengan sebuah Penghargaan Emas kategori Warisan Budaya dan
Kebudayaan, yang diserahkan tanggal 9 September 2016 di acara konvensi PATA di
ICE Serpong Indonesia. Dalam penghargaan PATA Gold Award, Indonesia mendapat
tiga penghargaan, salah satunya Lalare Orkestra.
Sebelumnya, pada bulan Januari 2016, Indonesia (Banyuwangi)
memenangkan Penghargaan bergengsi Bidang Inovasi dalam Kebijakan Publik dan
Pemerintahan, dari United Nations World Tourism Organisation (UNWTO),
badan PBB urusan pariwisata.
Ditulis oleh Antariksawan Jusuf, Ketua Paguyuban Sengker Kuwung Belambangan
yang menuliskan naskah kemenangan Banyuwangi untuk UNWTO dan PATA 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar