Jangan memandang remeh masalah ini. Begitu tidak ada
keberatan, lain kali mereka akan topless
terbuka bagian atas, atau malah telanjang bulat di tempat publik.
Bukan masalah munafik atau tidak, Boom adalah tempat umum,
tempat publik di mana banyak keluarga Banyuwangi menghabiskan waktu senggangnya
bersama anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Wisatawan yang telanjang
bukanlah pendidikan yang baik untuk anak-anak Banyuwangi. Dalam standar etika
ketimuran kita, bertelanjang di tempat umum adalah sesuatu yang tidak bisa
diterima. Degradasi moral, bukanlah sesuatu yang kita harapkan dari dunia
wisata yang makin berkembang di Banyuwangi. Dan degradasi moral, efeknya tidak
selalu langsung di depan mata.
Mereka tidak boleh seenak udel berbuat menurut norma mereka.
Bahkan di negeri mereka yang katanya liberal itu pun, tempat berjemur yang
sampai telanjang di batasi pada tempat-tempat tertentu. Apalagi di “rumah” kita
sendiri.
Pariwisata tidak berarti memberi keleluasaan orang lain
untuk mengacak-acak etika masyarakat setempat. Setiap daerah punya standar
etikanya masing-masing yang bisa diterima oleh masyarakat di tempat tersebut.
Contohnya: meludah sembarangan, makan permen karet, menyeberang sembarangan (jaywalking), akan dihukum denda di
Singapura. Padahal di Banyuwangi boleh-boleh saja. Jadi setiap daerah boleh
menegakkan aturannya masing-masing selama dibenarkan oleh aturan.
Ada pepatah “Di mana bumi di pijak di situ langit di junjung”.
Orang asing pun mengerti hal itu karena mereka juga punya pepatah yang mirip: When in Rome, do as the Romans do.
Wisatawan asing ini pun sangat menghargai budaya setempat. Sebagai turis
mereka, selalu mempersiapkan diri mempelajari tempat-tempat yang akan
dikunjungi.
Tentu mereka akan sangat mahfum, kalau pemerintah daerah
setempat mengeluarkan larangan: Dilarang
berjemur menggunakan bikini atau telanjang di pantai ini. Apalagi kalau
pemandu wisatanya mengingatkan juga akan hal ini.
Turis perempuan yang hendak berjemur, disarankan memakai
pakaian renang biasa (beda dengan bikini) yang masih dapat diterima di
Banyuwangi apabila dikenakan di pantai atau di kolam renang.
Lain halnya, kalau wisatawan ini berjemur berbikini atau
telanjang di tempat-tempat yang sifatnya pribadi, misalnya di pinggir kolam
renang di hotel tertentu yang tidak semua masyarakat umum punya akses.
Sebagai gambaran, pantai Boom ini merupakan oase masyarakat
kota menghabiskan waktu luang bersama keluarga menikmati deburan ombak, bermain
pasir dan bercengkerama.
Saat ini pantai Boom sudah ditata. Bentangan pasir yang
lebar, tempat pelajan kaki yang nyaman, pedagang yang sudah diatur
penempatannya sehingga tidak lagi menghalangi pandangan wisatawan yang
berkunjung ke sana, dan sebuah amphiteater sumbangan CSR dari Telkomsel.
Meski berpasir hitam, pantai Boom tetap indah dengan pemandangan
pulau Bali di seberang, dan pada saat cuaca terang, dua buah gunung perkasa di
sebelah barat, yang kakinya mencengkeram kota Banyuwangi. Pantai ini juga
penting untuk konservasi lingkungan karena juga menjadi tempat penyu mendarat
dan bertelur meneruskan kelangsungan kehidupan.
Apalagi ke depan, Pantai Boom akan ditata menjadi marina
yang akan didarati kapal-kapal wisata, dan dari video rancangannya, dilengkapi
dengan tiga buah hotel pencakar langit. Nantinya, Boom akan menjadi tempat
jujugan turis lewat laut.
Lain kali, akan lebih banyak turis yang menghabiskan
waktunya di Boom. Jangan sampai terlambat.
iwandear@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar