Jumat, 23 September 2016

Jangan ada bikini di Pantai Boom Banyuwangi

Mau kemana pariwisata (Boom) Banyuwangi? Saya mendapat kiriman foto sepasang turis asing yang sedang berjemur berbikini dan penutup dadanya hampir melorot di pantai Boom yang hanya 500 meter dari daerah kota Banyuwangi.

Jangan memandang remeh masalah ini. Begitu tidak ada keberatan, lain kali mereka akan topless terbuka bagian atas, atau malah telanjang bulat di tempat publik.

Bukan masalah munafik atau tidak, Boom adalah tempat umum, tempat publik di mana banyak keluarga Banyuwangi menghabiskan waktu senggangnya bersama anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Wisatawan yang telanjang bukanlah pendidikan yang baik untuk anak-anak Banyuwangi. Dalam standar etika ketimuran kita, bertelanjang di tempat umum adalah sesuatu yang tidak bisa diterima. Degradasi moral, bukanlah sesuatu yang kita harapkan dari dunia wisata yang makin berkembang di Banyuwangi. Dan degradasi moral, efeknya tidak selalu langsung di depan mata.

Mereka tidak boleh seenak udel berbuat menurut norma mereka. Bahkan di negeri mereka yang katanya liberal itu pun, tempat berjemur yang sampai telanjang di batasi pada tempat-tempat tertentu. Apalagi di “rumah” kita sendiri.

Pariwisata tidak berarti memberi keleluasaan orang lain untuk mengacak-acak etika masyarakat setempat. Setiap daerah punya standar etikanya masing-masing yang bisa diterima oleh masyarakat di tempat tersebut. Contohnya: meludah sembarangan, makan permen karet, menyeberang sembarangan (jaywalking), akan dihukum denda di Singapura. Padahal di Banyuwangi boleh-boleh saja. Jadi setiap daerah boleh menegakkan aturannya masing-masing selama dibenarkan oleh aturan.

Ada pepatah “Di mana bumi di pijak di situ langit di junjung”. Orang asing pun mengerti hal itu karena mereka juga punya pepatah yang mirip: When in Rome, do as the Romans do. Wisatawan asing ini pun sangat menghargai budaya setempat. Sebagai turis mereka, selalu mempersiapkan diri mempelajari tempat-tempat yang akan dikunjungi.

Tentu mereka akan sangat mahfum, kalau pemerintah daerah setempat mengeluarkan larangan: Dilarang berjemur menggunakan bikini atau telanjang di pantai ini. Apalagi kalau pemandu wisatanya mengingatkan juga akan hal ini.

Turis perempuan yang hendak berjemur, disarankan memakai pakaian renang biasa (beda dengan bikini) yang masih dapat diterima di Banyuwangi apabila dikenakan di pantai atau di kolam renang.

Lain halnya, kalau wisatawan ini berjemur berbikini atau telanjang di tempat-tempat yang sifatnya pribadi, misalnya di pinggir kolam renang di hotel tertentu yang tidak semua masyarakat umum punya akses.

Sebagai gambaran, pantai Boom ini merupakan oase masyarakat kota menghabiskan waktu luang bersama keluarga menikmati deburan ombak, bermain pasir dan bercengkerama.

Saat ini pantai Boom sudah ditata. Bentangan pasir yang lebar, tempat pelajan kaki yang nyaman, pedagang yang sudah diatur penempatannya sehingga tidak lagi menghalangi pandangan wisatawan yang berkunjung ke sana, dan sebuah amphiteater sumbangan CSR dari Telkomsel.

Meski berpasir hitam, pantai Boom tetap indah dengan pemandangan pulau Bali di seberang, dan pada saat cuaca terang, dua buah gunung perkasa di sebelah barat, yang kakinya mencengkeram kota Banyuwangi. Pantai ini juga penting untuk konservasi lingkungan karena juga menjadi tempat penyu mendarat dan bertelur meneruskan kelangsungan kehidupan.

Apalagi ke depan, Pantai Boom akan ditata menjadi marina yang akan didarati kapal-kapal wisata, dan dari video rancangannya, dilengkapi dengan tiga buah hotel pencakar langit. Nantinya, Boom akan menjadi tempat jujugan turis lewat laut.

Lain kali, akan lebih banyak turis yang menghabiskan waktunya di Boom. Jangan sampai terlambat.

iwandear@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar