Jumat, 29 Juli 2016

Dari Tabloid Bisnis Banyuwangi 25-30 Juli 2016


Antariksawan Jusuf, Bawa Budaya Using “Go” Internasional

Sosoknya sederhana, bersahaja. Namun semangatnya tak pernah padam nguri-nguri buydaya Using. Dialah, Antariksawan Jusuf, putera asli Banyuwangi yang go internasional. Salah satu karyanya yang paling bergengsi adalah membuat makalah dalam mensuksekan pariwisata Banyuwangi di kancah internasional. Terbaru, dia kembali mengharumkan Banyuwangi dalam ajang PATA Gold Award 2016. Tak hanya itu, pelestarian bahasa Using menjadi jalur perjuangannya di Banyuwangi. Seperti apa, kisahnya?

Meski berada di balik layar, Kang Iwan, sapaan akrab, Antariksawan Jusuf, layak diacungi jempol. Setelah sukses mengangkat Banyuwangi sebagai kota pariwisata dunia awal tahun 2016 lalu, kini penghargaan bergengsi bidang pariwisata kembali direbut Banyuwangi. Yakni, penghargaan dari Organisasi Pariwisata Asia Pasifik (PATA), yang mengganjar PATA Gold Award 2016 dalam kategori Warisan Budaya dan Kebudayaan (Heritage and Culture: Lalare Orchestra).

Kang Iwan mengisahkan, rasa bangga dan kecintaan yang mendalam akan kampung halamannya yang membawanya pada lomba-lomba pariwisata yang diikutinya.  Penghargaan PATA ini adalah penghargaan internasional tentang pariwisata kedua yang diterimanya tahun ini. Sebelumnya ia juga menyabet penghargaan tertinggi pariwisata dari United Nations World Tourism Organisation (UNWTO) yang diserahkan di Madrid Spanyol bulan Januari lalu.

Penghargaan PATA Gold Award tidak kalah bergengsinya dari UNWTO karena keduanya melewati persaingan ketat 212 proprosal yang masuk dari 71 negara dan individu. Penghargaan lainnya untuk Indonesia adalah PATA Gold Award untuk Marketing – Primary Government Destination: Total Solar Eclipse – Indonesia, yang menceritakan suksesnya pemerintah Indonesia menjual fenomena alam gerhana matahari total. Satu lagi adalah karya fotografi untuk kategori Travel Journalism – Travel Photograph – Journey of the Wanderer yang dibuat oleh Handi Lakonso dan dimuat dalam majalah inflight Garuda Indonesia Colors.

Menurut Kang Iwan, yang juga ketua Paguyuban Sengker Kuwung Belambangan (SKB) ini, ia menulis beberapa karya tentang pariwisata Banyuwangi. Selain Lalare Orchestra, ia juga menulis soal bandara Banyuwangi baru yang mengusung konsep green bandara dan kuartet Warisan budaya Banyuwangi, yang tidak hanya berfungsi sebagai bahan mainan anak-anak yang mendidik, tapi juga mengenalkan berbagai kekayaan Banyuwangi kepada wisatawan di Banyuwangi, singkatnya kuartet tersebut bisa juga sebagai bahan promosi wisata. Project Banyuwangi, tentang Rumah Apung Bangsring, sebenarnya juga ditulis untuk ajang PATA 2016 oleh Arif Wibowo, insinyur yang kembali untuk membangun kampungnya Lulian (Olehsari). Tetapi rupanya nasib mengatakan lain. Tulisan mengenai Bangsring tidak membuat dewan juri terkesima.

Mengapa Lalare Orkestra? “Judul selengkapnya adalah: Lalare Orkestra – The Future of Traditional Music Maestros. Di antara sekian banyak event dalam balutan Banyuwangi Festival, Lalare Orkestra adalah yang juga mengemban misi pendidikan juga. Saya kira nilai plusnya ada di situ. Meski baru sekali diselenggarakan, Lalare Orkestra menyimpan bara semangat orang-orang Banyuwangi mencintai kesenian mereka sendiri. Mereka ini adalah masa depan Banyuwangi. Kalau masih anak-anak saja mereka bisa tampil dengan luar biasa begini, pasti di masa depan Banyuwangi akan lebih baik dalam bidang keseniannya. Sementara daerah lain kesulitan mencari anak-anak yang mau meneruskan kesenian tradisional daerahnya, Banyuwangi malah berlimpah. Dan yang tampil dalam Lalare Orkestra adalah anak-anak terbaik yang terpilih. Mereka ini aset besar Banyuwangi untuk tetap menjadi jujugan pariwisata unggulan.”

Ia menambahkan: “Pariwisata Banyuwangi tak hanya mengandalkan pantai yang indah, karang-karang laut yang terjaga, gunung berapi yang punya kawah besar indah, tetapi saya kira yang lebih penting adalah orang-orangnya yang mempunyai gairah besar untuk berkesenian, menjaga ritual adatnya, yang menjaga kekayaan kulinernya, dan yang mempersiapkan generasi anak-anak untuk menjaga semuanya.”

Kecintaannya pada masa depan anak-anak Banyuwangi, yang semestinya mengemban pula warisan nenek moyang berupa Bahasa Using, membuat Kang Iwan bersama teman-teman yang mempunyai visi sama, mendirikan Paguyuban Sengker Kuwung Belambangan. Prihatin akan nasib Bahasa Using dan anak-anak yang mewarisi bahasa ini, ia menerbitkan beberapa kumpulan cerita pendek, cerita anak-anak dan buku-buku penunjang pelajaran sekolah.

“Mereka ini yang membawa obor Bahasa Using ke depan. Mereka mesti didukung. Sayangnya, orang Banyuwangi tidak punya tradisi menulis tentang bahasanya. Sehingga banyak ilmu dari orang-orang tua yang hilang begitu saja. Orang-orang tua yang ilmu tentang Usingnya begitu banyak, akan membawa ilmu mereka ke liang lahat kalau tidak segera ditulis dan dibukukan. Tanpa bahasa Using, kesenian dan ritual adat Banyuwangi juga dalam bahaya. Karena semuanya menggunakan bahasa Using.”

Untuk itu, Sengker beberapa kali mengadakan pelatihan menulis menggunakan bahasa Using, mengadakan lomba mengarang memakai bahasa Using dan membukukannya. Usaha inilah yang selama ini ia lakukan bersama paguyuban SKB.

“Jadi menurut hemat saya, pemerintah juga harus punya perhatian besar terhadap pelestarian bahasa Using supaya dapat menjaga roh kesenian dan adat yang ingin mereka jaga sampai masa depan,” katanya.

Menurut Kang Iwan dari pembicaraanya dengan salah satu pelatih dan penyusun program Lalare Orkestra, yaitu Moh. Syaiful guru SMPN1 Banyuwangi, melihat performa Lalare Orkestra, masing-masing kecamatan ingin menampilkan orkestra anak-anak mereka masing-masing. Hal ini akan menumbuhkan industri pendukung pariwisata yang sangat bagus untuk Banyuwangi. Guru kesenian, pembuat gamelan, pelatih tari otomatis akan mendapat cipratan dari pariwisata yang berkembang.

Menurut rilis yang dikeluarkan PATA, tahun 2016  ini ada 4 kategori yang diberi PATA Grand Award, 26 PATA Gold Awards, dan satu Honorable Mention.

PATA adalah organisasi non-profit yang berurusan dengan perkembangan travel dan pariwisata ke, dari dan dalam lingkungan Asia Pasifik. Anggotanya terdiri atas 95 pemerintah, negara bagian dan badan pariwisata kota, 29 perusahaan penerbangan, bandara, perusahaan pelayaran, dan 63 institusi pendidikan, serta ratusan perusahaan yang terlibat dalam industri pariwisata.

Tahun ini Indonesia akan menjadi tuan rumah konferensi PATA yang akan berlangsung di Indonesia Convention and Exhibition (ICE) di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, tanggal 7-9 September. Sementara penyerahan hadiah akan dilaksanakan hari Jumat tanggal 9 September, saat berlangsungnya PATA Travel Mart.

“Harapan saya sederhana hanya ingin menggali potensi Banyuwangi. Dan ini bisa dilakukan siapa saja yang ingin membangun Banyuwangi. Jadi warga generasi muda Banyuwangi bersama-sama kita berkarya,” pungkasnya (Wid)

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar