Selasa, 01 September 2015

Menulis Bahasa Using yang benar


Saya masih sering ditanya, kenapa ‘using’ ditulis /using/ bukan /osing/ seperti bunyi yang diucapkan orang, atau malah /oseng/?

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi sedikit gambaran tentang tata cara menulis dalam bahasa Using. Sehingga diharapkan sedikit banyak menjawab pertanyaan yang sering terlontar tentang penulisan dalam bahasa formal.  Bahasa formal itu misalnya penulisan dalam buku, artikel dalam majalah atau koran dan media lain.

Dalam bahasa yang tidak formal, misalnya dalam teks pesan pendek (sms), pembicaraan dalam media sosial (chat dll), siapapun boleh menuliskan caranya berbahasa, karena itu merupakan model “omong-omongan” yang kemudian dituliskan.

Misalnya,  /aku/ disingkat cuma menjadi /Q/ atau /uwis/ hanya ditulis /wz/ tidak termasuk dalam cara yang akan dibicarakan di sini. Karena bentuknya lebih sebagai pembicaraan dua orang atau lebih, sepanjang itu dimengerti oleh orang yang terlibat, tidak terlalu bermasalah.

Dalam bahasa Indonesia pun, orang tidak mempermasalahkan penulisan /nya/ yang direpresentasikan dengan huruf /x/. Istilah-istilah ini tidak mungkin dimunculkan dalam tulisan formal seperti laporan penelitian, artikel koran, dan bahasa tulis formal yang lain.

Kita perlu menggunakan sebuah perangkat bahasa formal yang disetujui bersama.

Memang banyak generasi yang lahir lebih dahulu daripada saat bahasa Using diperkenalkan pertama kali di sekolah Banyuwangi tahun 1997. Jadi memang bisa dimaklumi kalau pertanyaan soal penulisan /using/ menjadi pertanyaan berkali-kali.

Bahasa yang diajarkan di sekolah tersebut, sebenarnya sudah dimulai perjuangannya sejak awal tahun 1970an. Para sesepuh Banyuwangi, sudah memperjuangkan bahasa Banyuwangi yang selalu dianggap hanya sebagai “dialek” bahasa Jawa.

Perjuangannya sudah melewati banyak proses, termasuk seminar, saresehan dan kongres bahasa Jawa. Tahun 1987, seorang dosen Universitas Udayana, Suparman Heru Santosa,  dalam disertasi S3nya di Universitas Indonesia berjudul Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi, menyatakan bahwa bahasa Using merupakan suatu bahasa tersendiri.

Dikatakan, secara genealogis, bahasa Using dan bahasa Jawa modern, berasal dari akar bahasa yang sama yaitu bahasa Jawa Kuno.  Bahkan bahasa Using lebih mirip dengan bahasa Jawa Kuno dalam hal keduanya tidak mempunyai ragam ngoko-krama. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Using merupakan sebuah bahasa yang egaliter, tidak membeda-bedakan orang dari unsur kasta sosialnya. 

Setelah perjuangan yang panjang, akhirnya tahun 2007 terbit Peraturan Daerah tentang Pembelajaran Bahasa Daerah. Bahasa Using mulai diajarkan di sekolah-sekolah. Sebelumnya, sudah diterbitkan pula Kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia.

Karena pelajaran bahasa Using baru masuk sekolah tahun 2007, banyak generasi sebelum itu, tidak mengenal dengan baik cara penulisan yang standar (baku).

Muncullah pertanyaan yang dibahas di atas.

Saya mencoba menerangkan dengan memakai logika-logika bahasa yang umum. Ingat kita tidak sedang menulis simbol fonetis (simbol-simbol dalam ilmu bahasa untuk mencatat sebuah bunyi). Kita menulis ejaan. Dan ini lah yang sudah diajarkan di sekolah-sekolah.

Coba perhatikan ini:

Bunyi /sing/, kita bandingkan dengan bunyi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Indonesia                                        Inggris                                              Using

/pusing/                                          /sing/ ‘ menyanyi’                         /........../’tidak’

/kering/                                           /ring/ ‘bel’                                      /............../’kering’

/pening/                                          /morning/ ‘pagi’                            /............../’bening’

 

Dari tiga contoh di atas, apakah jawaban yang anda pilih untuk kata ‘tidak’, ‘kering’, dan ‘bening’ dalam bahasa Using:

Pilihan A                           Pilihan B

/seng/                               /sing/

/gareng/                           /garing/

/keneng/                          /kening/

 

Betul. Pilihan yang tepat adalah Pilihan B.

Apalagi /seng/, /gareng/, /keneng/ punya arti lain, yaitu ‘logam seng’ ‘tokoh pewayangan’  dan ‘kena’.

Jadi sekarang anda bisa menulis dengan tepat dan benar.

Coba pilih mana yang benar untuk kata berikut:

‘pencuri’ ditulis /maleng/ atau /maling/?

‘alat wadah makanan’ ditulis /pereng/ atau /piring/?

‘pinjam’ ditulis /seleh/ atau /silih/?

‘banting’ ditulis /banteng/ atau /banting/?

‘kaki’ ditulis /sekel/ atau /sikil/?

‘pinjam’ ditulis /seleh/ atau /silih/?

Anda semua pilih, pilihan kedua kan? Baik, sekarang kita sudah punya pengertian yang sama tentang penulisan huruf /i/ dan /e/ ya?

Jadi, ‘tidak’ ditulis /sing/ bukan /seng/.

 

Sekarang kita bicarakan /u/ dan /o/

Dalam bahasa tulis, harus ada satu bentuk tertentu. Harus ada konsistensi, tidak boleh dua versi muncul dalam sebuah tulisan. Maksudnya?

Begini.

Kata /using/ tidak ditulis /osing/ karena ada bentuk lain pada saat kata tersebut diberi imbuhan.

Misalnya:

 /uwong osing kari sing ngarti usinge/. ‘orang osing kok tidak mengerti soal ke’using’annya’.

Ini kalau tulisan hanya berdasarkan ucap yang kita dengar, ya kan? Perhatikan ada /osing/ dan /using/ dalam satu kalimat.

Dalam bahasa tutur, /using/ boleh diucapkan /osing/, karena variasi ucapan. Sedangkan /usinge/ tidak bisa ditulis /osinge/.

Jadi yang betul adalah: /uwong using kari sing ngarti usinge/ bukan /wong osing kari sing ngarti osinge/, ya kan?

Contoh lain:

/dulur/ bukan /dolor/, karena setelah diberi imbuhan menjadi /dulurisun/ bukan /dolorisun/.

 

Jadi yang mana penulisan yang betul?

‘kening’ /bathok/ atau /bathuk/? ----------------à ingat ada /bathuke/

‘intai’ /rondhok/ atau /rundhuk/?----------------à ingat ada /rundhuken/

‘tekuk’ /tekok/ atau /tekuk/?----------------------à ingat ada /tekuken/

‘pulang’ /moleh/ atau /mulih/?-------------------à ingat ada /mulihe/

‘menyentuh dengan jari’ /totol/ atau /tutul/?-à ingat ada /tutulaken/

‘jeruk’ /jerok/ atau /jeruk/?------------------------à ingat ada /jeruke/

Nah, sepakat kan, pilihannya ada pada yang kedua?

Jadi, /using/ atau /osing/ atau /oseng/?

Benar, /using/ yang paling tepat.

Mari kita hargai upaya para sesepuh Banyuwangi dengan berbahasa penulisan yang baku. Tidak hanya memakai cara kemauan kita sendiri. Sesepuh kita sudah susah payah untuk menegakkan bahasa Using sebagai bahasa sendiri. Yang harus kita lakukan adalah mendukung upaya mereka.

Mari kita biasakan melakukan hal yang benar. Bukan membenarkan hal yang sudah biasa.


Bacaan:

Ali, Hasan, Kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia, DKB Banyuwangi, 2002

------------,  Pedoman Umum Ejaan Bahasa Using (Cara Menulis dan Membaca Bahasa Using), DKB Banyuwangi 2006

Arps, Ben, Terwujudnya Bahasa Using di Banyuwangi dan Peranan Media Elektronik Di Dalamnya (Selayang Pandang 1970-2009), ILCAA, 2010

Santosa, Suparman Heru, Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi, disertasi S3 tidak diterbitkan, UI 1987

Tidak ada komentar:

Posting Komentar