Saya masih sering ditanya, kenapa ‘using’ ditulis /using/
bukan /osing/ seperti bunyi yang diucapkan orang, atau malah /oseng/?
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi sedikit gambaran
tentang tata cara menulis dalam bahasa Using. Sehingga diharapkan sedikit
banyak menjawab pertanyaan yang sering terlontar tentang penulisan dalam bahasa
formal. Bahasa formal itu misalnya
penulisan dalam buku, artikel dalam majalah atau koran dan media lain.
Dalam bahasa yang tidak formal, misalnya dalam teks pesan
pendek (sms), pembicaraan dalam media sosial (chat dll), siapapun boleh
menuliskan caranya berbahasa, karena itu merupakan model “omong-omongan” yang
kemudian dituliskan.
Misalnya, /aku/
disingkat cuma menjadi /Q/ atau /uwis/ hanya ditulis /wz/ tidak termasuk dalam
cara yang akan dibicarakan di sini. Karena bentuknya lebih sebagai pembicaraan
dua orang atau lebih, sepanjang itu dimengerti oleh orang yang terlibat, tidak
terlalu bermasalah.
Dalam bahasa Indonesia pun, orang tidak mempermasalahkan
penulisan /nya/ yang direpresentasikan dengan huruf /x/. Istilah-istilah ini
tidak mungkin dimunculkan dalam tulisan formal seperti laporan penelitian,
artikel koran, dan bahasa tulis formal yang lain.
Kita perlu menggunakan sebuah perangkat bahasa formal yang
disetujui bersama.
Memang banyak generasi yang lahir lebih dahulu daripada saat
bahasa Using diperkenalkan pertama kali di sekolah Banyuwangi tahun 1997. Jadi
memang bisa dimaklumi kalau pertanyaan soal penulisan /using/ menjadi pertanyaan
berkali-kali.
Bahasa yang diajarkan di sekolah tersebut, sebenarnya sudah
dimulai perjuangannya sejak awal tahun 1970an. Para sesepuh Banyuwangi, sudah
memperjuangkan bahasa Banyuwangi yang selalu dianggap hanya sebagai “dialek”
bahasa Jawa.
Perjuangannya sudah melewati banyak proses, termasuk seminar,
saresehan dan kongres bahasa Jawa. Tahun 1987, seorang dosen Universitas
Udayana, Suparman Heru Santosa, dalam
disertasi S3nya di Universitas Indonesia berjudul Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi, menyatakan bahwa bahasa Using
merupakan suatu bahasa tersendiri.
Dikatakan, secara genealogis, bahasa Using dan bahasa Jawa
modern, berasal dari akar bahasa yang sama yaitu bahasa Jawa Kuno. Bahkan bahasa Using lebih mirip dengan bahasa
Jawa Kuno dalam hal keduanya tidak mempunyai ragam ngoko-krama. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Using merupakan sebuah bahasa yang egaliter, tidak membeda-bedakan orang dari unsur kasta sosialnya.
Setelah perjuangan yang panjang, akhirnya tahun 2007 terbit
Peraturan Daerah tentang Pembelajaran Bahasa Daerah. Bahasa Using mulai
diajarkan di sekolah-sekolah. Sebelumnya, sudah diterbitkan pula Kamus Bahasa
Daerah Using-Indonesia.
Karena pelajaran bahasa Using baru masuk sekolah tahun 2007,
banyak generasi sebelum itu, tidak mengenal dengan baik cara penulisan yang
standar (baku).
Muncullah pertanyaan yang dibahas di atas.
Saya mencoba menerangkan dengan memakai logika-logika bahasa
yang umum. Ingat kita tidak sedang menulis simbol fonetis (simbol-simbol dalam ilmu
bahasa untuk mencatat sebuah bunyi). Kita menulis ejaan. Dan ini lah yang sudah
diajarkan di sekolah-sekolah.
Coba perhatikan ini:
Bunyi /sing/, kita bandingkan dengan bunyi dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
Indonesia Inggris Using
/pusing/ /sing/
‘ menyanyi’ /........../’tidak’
/kering/ /ring/
‘bel’ /............../’kering’
/pening/ /morning/
‘pagi’ /............../’bening’
Dari tiga contoh di atas, apakah jawaban yang anda pilih
untuk kata ‘tidak’, ‘kering’, dan ‘bening’ dalam bahasa Using:
Pilihan A Pilihan
B
/seng/ /sing/
/gareng/ /garing/
/keneng/ /kening/
Betul. Pilihan yang tepat adalah Pilihan B.
Apalagi /seng/, /gareng/, /keneng/ punya arti lain, yaitu ‘logam
seng’ ‘tokoh pewayangan’ dan ‘kena’.
Jadi sekarang anda bisa menulis dengan tepat dan benar.
Coba pilih mana yang benar untuk kata berikut:
‘pencuri’ ditulis /maleng/ atau /maling/?
‘alat wadah makanan’ ditulis /pereng/ atau /piring/?
‘pinjam’ ditulis /seleh/ atau /silih/?
‘banting’ ditulis /banteng/ atau /banting/?
‘kaki’ ditulis /sekel/ atau /sikil/?
‘pinjam’ ditulis /seleh/ atau /silih/?
Anda semua pilih, pilihan kedua kan? Baik, sekarang kita
sudah punya pengertian yang sama tentang penulisan huruf /i/ dan /e/ ya?
Jadi, ‘tidak’ ditulis /sing/ bukan /seng/.
Sekarang kita bicarakan /u/ dan /o/
Dalam bahasa tulis, harus ada satu bentuk tertentu. Harus
ada konsistensi, tidak boleh dua versi muncul dalam sebuah tulisan. Maksudnya?
Begini.
Kata /using/ tidak ditulis /osing/ karena ada bentuk lain
pada saat kata tersebut diberi imbuhan.
Misalnya:
/uwong osing kari
sing ngarti usinge/. ‘orang osing kok tidak mengerti soal ke’using’annya’.
Ini kalau tulisan hanya berdasarkan ucap yang kita dengar, ya
kan? Perhatikan ada /osing/ dan /using/ dalam satu kalimat.
Dalam bahasa tutur, /using/ boleh diucapkan /osing/, karena
variasi ucapan. Sedangkan /usinge/ tidak bisa ditulis /osinge/.
Jadi yang betul adalah: /uwong using kari sing ngarti
usinge/ bukan /wong osing kari sing ngarti osinge/, ya kan?
Contoh lain:
/dulur/ bukan /dolor/, karena setelah diberi imbuhan menjadi
/dulurisun/ bukan /dolorisun/.
Jadi yang mana penulisan yang betul?
‘kening’ /bathok/ atau /bathuk/? ----------------à ingat ada /bathuke/
‘intai’ /rondhok/ atau /rundhuk/?----------------à ingat ada /rundhuken/
‘tekuk’ /tekok/ atau /tekuk/?----------------------à ingat ada /tekuken/
‘pulang’ /moleh/ atau /mulih/?-------------------à ingat ada /mulihe/
‘menyentuh dengan jari’ /totol/ atau /tutul/?-à ingat ada /tutulaken/
‘jeruk’ /jerok/ atau /jeruk/?------------------------à ingat ada /jeruke/
Nah, sepakat kan, pilihannya ada pada yang kedua?
Jadi, /using/ atau /osing/ atau /oseng/?
Benar, /using/ yang paling tepat.
Mari kita hargai upaya para sesepuh Banyuwangi dengan
berbahasa penulisan yang baku. Tidak hanya memakai cara kemauan kita sendiri.
Sesepuh kita sudah susah payah untuk menegakkan bahasa Using sebagai bahasa
sendiri. Yang harus kita lakukan adalah mendukung upaya mereka.
Mari kita biasakan melakukan hal yang benar. Bukan
membenarkan hal yang sudah biasa.
Bacaan:
Ali, Hasan, Kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia, DKB
Banyuwangi, 2002
------------, Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Using (Cara Menulis dan Membaca Bahasa Using), DKB Banyuwangi
2006
Arps, Ben, Terwujudnya Bahasa Using di Banyuwangi dan
Peranan Media Elektronik Di Dalamnya (Selayang Pandang 1970-2009), ILCAA, 2010
Santosa, Suparman Heru, Bahasa Using di Kabupaten
Banyuwangi, disertasi S3 tidak diterbitkan, UI 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar