Rabu, 28 Mei 2014

Repertoar Gandrung di Gedung Kesenian Jakarta

Saya mendapat undangan untuk sebuah acara repertoar tari. Berikut saya kutip dari Release undangannya - bertajuk “Gama Gandrung” (Perjalanan Gandrung). Cuma saya bolak-balik susunannya sehingga lebih enak dibaca. Saya tidak menambah-nambahi segala superlative yang muncul dalam tulisan ini.

   Persembahan tari tradisional kontemporer berlatar belakang tari Gandrung Banyuwangi, yang akan dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Rabu 11 Juni 2014, pukul 20.00 wib.
   Masih dari Releasenya: Aktifitas kita keseharian secara sadar dikelilingi oleh rupa budaya yang sedianya menyadarkan pada nilai-nilai. Bagi seniman, nilai-nilai (tatanan dan tuntunan), dapat dieskpresikan menjadi karya seni penuh makna simbolis, didaktis, sekaligus menghibur. Inilah yang akan dipresentasikan penari muda berbakat, penyandang gelar Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai koreografer kelas dunia termuda berbasis seni tari tradisi, Bathara Saverigadi Dewandoro.
   Pelajar Kelas 2 SMU Angkasa 2 Jakarta Timur ini mengagumi sejarah kesenian Gandrung. Tari Gandrung memuat berbagai makna, seperti ungkapan syukur, suka cita, harapan, sampai dengan kesakralan. Lwat Tari Gandrung inilah simbolisasi tentang harmonisasi antara alam dan manusia dicoba untuk digambarkan oleh para penari yang akan kami persembahkan.
   Penari remaja yang akrab disapa Bathara ini, kini tengah fokus latihan persiapan bersama belasan remaja seusianya.
   ”Garapan tari ini akan disajikan dalam kelompok tari berjumlah sedang, berkisar antara tujuh penari wanita, tujuh penari pria dan 12 orang pemusik. Mengelaborasi tari dengan tembang (nyanyian), musik dan dialog atau puitisasi untuk menguatkan nulai dramatiknya agar ungkapannya lebih menarik dan pesan yang ingin disampaikan terserap penonton,” terang Bathara, yang bertekad memperlihatkan bahwa karya tari tradisi masih melekat pada jiwa generasi muda.
   Reputasinya di ranah seni – khususnya seni tari – sempat membawa Bathara ini ke jagad internasional. Kematangan secara empirik, ditambah kemauannya mengeksplorasi dan melakukan berbagai eksperimen, menjadikan karya-karyanya menonjol. Gagasannya akan ”gerak” dalam memotret persoalan cukup menarik. Bathara pernah dipercaya Pemerintah Indonesia membawa misi kesenian ke India tahun 2008, atas prakarsa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
   Bathara kerap juga tampil menjadi narasumber di berbagai kegiatan variety show televisi, di antaranya melalui acara ”Inspirator Muda Indonseia, Kick Andy” Metro TV, dan acara ”Tea Time” Metro TV tampil bersama penyiar senior Desi Anwar. Bathara juga sempat membintangi Film Televisi (FTV) ”Tusuk Konde” yang disutradarai Enison Sinaro.
   Bathara memang tumbuh di lingkungan seniman tradisi. Ayahnya Suryandoro, adalah begawan tari alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Program Studi Komposisi Tari. Sementara ibunya, Dewi Sulastri, adalah master tari dunia alumni Institut Seni Indonseia Yogyakarta.
   Repertoar tari ”Gama Gandrung” karya Bathara Saverigadi Dewandoro, didukung pemusik Sri Waluyo, Penata Artistik Agus Linduaji, dan Penata Kostum Yani Wulandari.

Sinopsis: Gama Gandrung
Mereka bersolek layaknya perempuan yang molek, mengayunkan langkah tanpa lelah dalam sisa tenaga kerinduan. Berkeliling dengan kerling menawan untuk sebuah kemenangan batin. ”Gandrung Lanang” biasa orang menyebutnya.
   Dan tak kasat jika terancang sebagai strategi perang. Semua sirna, kecantikan lelaki itu pudar ketika masyarakat tak menerimanya. Hasrat tak pernah berhenti karena panggilan jiwa. Semi melepas keraguan dan hadir sebagai pengganti. Lestari menjadi harapannya.
   ”Gandrung Wadon” menjamur menerobos ruang dan waktu. Meski perjalanannya tak henti diterpa goda karena kenakalan semata. Mereka tak mengerti hakekat yang sebenarnya. Mereka yang punya asa untuk kembalinya martabat Gandrung Banyuwangi agar tetap berkibar.
   Kini saatnya, menoleh ke belakang menyaksikan masanya.


Komentar saya: Penting untuk seniman tari Banyuwangi melihat repertoar ini agar bisa membuat perbandingan, pengemasan sebuah tari tradisional menjadi tontonan untuk masyarakat modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar