Kamis, 23 Januari 2014

Asal Mula Ikawangi

Asal Mula Ikawangi

Ikawangi (Ikatan Keluarga Banyuwangi) merupakan wadah orang-orang yang berhubungan dengan Banyuwangi, ada yang lahir di sana, ada yang pernah bersekolah di sana, ada yang orang tuanya dari sana, ada yang suami/istrinya dari sana, ada yang cuma jatuh cinta kepada tanah Blambangan.
   Meski tidak punya struktur antar daerah, Ikawangi berkembang dari cuma di Jakarta, lantas melebar menjadi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cilegon. Lantas daerah-daerah lain membentuk paguyuban Ikawangi di berbagai kota dan pulau, dari Sumatra sampai Bali dan Papua. Bahkan beberapa pekerja dari Banyuwangi, juga mengusulkan organisasi serupa di Malaysia maupun Taiwan.
   Organisasi Ikawangi di daerah yang terbaru adalah di Bandung. Tanggal 2 Februari 2014, Ikawangi Bandung berencana mengadakan pertemuannya yang pertama. Sekedar mengingat-ingat mulanya, saya sertakan tulisan Bp. H. Moh. Noer Hafandi, tentang asal mula Ikawangi.
   Memang sudah cukup banyak sesepuh, pendiri, penasihat dan anggota Ikawangi yang menduduki jabatan penting. Mulai dari beberapa walikota Jakarta, sekretaris daerah Jakarta, wakil gubernur Jakarta, ketua KONI pusat, anggota DPR pusat, direktur BIN, dirut PT Telkom, dirjen Bea Cukai, direktur PT Krakatau Steel, pengusaha, pengurus KADIN pusat, serta salah satu orang terkaya di Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes.
   Dan pada saat berkumpul dalam wadah Ikawangi, mereka tetap merasa sebagai "dulur" yang sama-sama punya keterkaitan primordial dan keterikatan emosional dengan tanah yang bernama Blambangan/Banyuwangi. (iwandear@gmail.com)

Ikawangi, bermula dari silaturahmi

Oleh H. Moh. Noer Hafandi

Ide semula paguyuban Ikawangi diawali dengan pemikiran menggalang silaturahmi para perantau Banyuwangi yang mencari penghidupan di Jakarta.
   Selain wadah silaturahmi, paguyuban diharapkan dapat membantu sesama warga, membantu sanak saudara yang memulai peruntungannya di Jakarta (sebagai rumah singgah), melakukan kegiatan sosial serta tempat menggalang kerjasama dengan pemda Banyuwangi.
   Lantas pertemuan diadakan di rumah Sdr. Soetardjianto di Setiabudi pada bulan Februari 1972. Karena antusias yang tinggi, ada 14 orang yang hadir pada pertemuan pertama dari cuma lima orang yang diundang.
   Mereka ini adalah Hardjoko Saputro (alm, asal Banyuwangi kota), Soetardjianto (Kradenan), Moh. Noer Hafandi (kota), Samsoel (Glenmore), Syafi’i (kota), Halawani (Parijatah), Soetrisno (kota), Soetoyo L (alm, kota), Sya’i (Benculuk), Mohamad Zein (kota), Soegiyono (alm, kota), Armaya (kota), Bardi (kota), Selamet Santoso (Glenmore).
   Lantas dibentuklah Panitia Penghimpun Warga Banyuwangi di Jakarta dengan ketua Soetardjianto, sekretaris Moh Noer Hafandi, Bendahara Hardjoko Saputro dan didukung oleh semua yang hadir sebagai pembantu umum.
   Susunan pengurus, pinisepuh pada kepengurusan awal ini datang dengan berbagai latar belakang. Antara lain anggota DPR RI (KH Abdul Latief, Abdul Madjid, Soedardji, Atmo Sayono), pegawai Pemda DKI (Kusnan Ismukanto, Soetardjianto, Moh. Noer Hafandi), anggota militer (Yusuf Ramelan, Slamet Santoso, Samsoel, Syafi’i, Halawani, Abdul Kadir, Soetrisno, Soeroso, Soehairi, Aminullah Ibrahim, Moh. Zein, Bardi), budayawan (Armaya), serta pekerja swasta (Sa’adah, Malik Kaempuan, Yono Rusdi, Soemandi).
   Langkah pertama yang dilakukan adalah mendata anggota. Dari formulir pendaftaran yang diedarkan, terkumpul kurang lebih 230 nama anggota lengkap dengan alamat masing-masing.
   Berikutnya, paguyuban merencanakan menggelar pertemuan besar, tapi terbentur masalah klasik: dana. Dengan pantang menyerah, panitia menugaskan tiga orang perwakilan: Slamet Santoso, Samsoel dan Moh. Noer Hafandi menghadap bupati Banyuwangi yang saat itu dijabat oleh Djoko Supaat Slamet.
   Pak Paat, panggilan bupati saat itu, bersedia mengirim tim kesenian ke Jakarta berikut biaya akomodasi, transportasi dll.
   Ditambah modal dan iuran anggota, akhirnya dilaksanakanlah pertemuan warga pertama kalinya di Taman Ismail Marzuki tanggal 16 September 1972. Dan lahirlah Paguyuban Warga Banyuwangi Jakarta Raya yang disingkat PEWANGI JAYA.
   Pengurus intinya adalah: Moelyadi (ketua umum), Soetardjianto (wakil ketua), Moh. Noer Hafandi (sekretaris), Hardjoko Saputro (bendahara).
   Disepakati paguyuban ini bergiat pada arisan di salah satu rumah anggota, silaturahmi kelompok, membentuk pengurus di lima wilayah Jakarta, menyebarkan informasi penting, dan melaksanakan pertemuan besar setiap tahun.
   Sama seperti model paguyuban lain, lama kelamaan karena kesibukan anggotanya, kegiatan yang terbatas, koordinasi yang semakin lama semakin berkurang, Pewangi Jaya mengalami mati suri. Tanpa kegiatan sama sekali. Itu terjadi tahun 1985.
   Tahun 1991, saat salah seorang pengurus melihat momen untuk mendobrak situasi mati suri tersebut. Tahun itu juga salah seorang warga Banyuwangi di Jakarta, H. Abdul Kahfi diangkat sebagai walikota Jakarta Pusat.
   Selesai upacara syukuran di rumah beliau di Jalan Diponegoro, secara spontan H. Boesairie Abdullah didaulat menjadi ketua paguyuban Banyuwangi dan diberi mandat untuk menyusun kepengurusan dan kegiatan.
   Setelah itu Pewangi Jaya berubah nama menjadi Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) dengan berbagai kegiatannya sampai sekarang.
   Ketua umum masing-masing periode dijabat oleh:
1.      H. Boesyairie Abdullah (1991 – 14 Des 1997)
2.      H. Moelyono Moenawar (alm) (14 Des 1997 – 15 Sep 2002)
3.      H. Hanipan (15 Sep 2002 – Sep 2006)
4.      H. Bambang Soegiono (Sep 2006 – Jan 2012)

5.      H. Bambang Soegiono (Jan 2012 – sekarang)

6 komentar:

  1. Salam Ikawangi!
    Ikawangi Jawa Timur pada mulanya adalah Ikawangi wilayah gabungan Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Malang. Kemudian dengan semakin banyaknya teman-teman yang ikut bergabung melalui group jejaring sosial Facebook, hingga akhirnya anggotanya meluas sampai ke rumah induk Ikawangi sendiri yakni Banyuwangi. Pada akhirnya Ikawangi wilayah gabungan yang dibentuk pada Februari 2011 meleburkan diri menjadi Ikawangi wilayah gabungan Jawa Timur. Pertemuan 3 bulanan sudah dilakukan dengan rutin setiap 3 bulan sekali dan kegiatan bakti sosial rutin sudah dilakukan setiap bulan Ramadhan tiap tahunnya yakni menyantuni panti asuhan yang kebetulan pengurus dan anak-anak panti banyak yang berasal dari beberapa daerah di Banyuwangi. Kegiatan bakti sosial akbar pertama adalah Operasi Bibir Sumbing dan Katarak gratis di Banyuwangi yang bekerjasama dengan beberapa pihak pada Desember 2012 lalu.
    Semoga Ikawangi di tiap-tiap daerah bisa terus guyub dan membawa manfaat tidak hanya bagi anggotanya atau warga sekitar, namun juga bisa menengok ke kampung halaman dan berbuat sesuatu.

    BalasHapus
  2. saya tinggal di tasikmalaya jawa barat, tapi asal usul saya dari nenek kakek asli dari jawa yaitu salatiga. cuma ada yang aneh dari pd diri saya kerena pernah ada yg datang kpd saya dia mengaku dulunya penguasa kerajaan blambangan. mungkin ada yang ngerti tentang hal hal ghoib saya mohon ada yang menjelaskan apa yang pernah saya alami.trmksih wassalam

    BalasHapus
  3. Hang nang aceh ono ta sing IKAWANGI iki dulurrr...
    Kelendi kabare kabeh...

    BalasHapus
  4. Kabare jenggirat tangi teko dulur Ikawangi Papua

    BalasHapus
  5. Pandongane sedulur kabeh kang ono Banyuwangi-Jakarta-Sumatera-Kalimantan-Sulawesi-Maluku-Maluku Utara-Bali-NTB-NTT-Pokoke Banyuwangi sedunia IKAWANGI Papua Tanggal, 19 Desember 2020 arep MUSDA mugo lancar.

    BalasHapus