Rabu, 05 Agustus 2015

Bangga Lalare Orkestra


Salah satu festival Banyuwangi yang membuat saya bangga adalah tampilnya Larlare Orkestra. (Sepengetahuan saya, mestinya Lalare, bukan Larlare, untuk merujuk pada anak-anak. Entah kalau memang dimaksudkan lain).

Meski tidak berkesempatan menonton langsung, hanya lewat youtube, saya merasakan auranya yang kuat melihat tata cahaya yang “kemeromong’ menerpa replika Candi Penataran di Taman Blambangan. Saya merasakan gairah yang menyala-nyala melihat deretan anak-anak memainkan gamelan Banyuwangi. Saya merasakan kekuatan orang Banyuwangi sebagai daerah yang mempunyai nilai lebih pada orang-orangnya.

Larlare Orkestra, yang dimainkan oleh berbagai pemusik seratusan anak-anak terbaik dari berbagai kecamatan: Alasmalang, Banyuwangi kota, Glagah, Rogojampi,  saya bayangkan akan menjadi satu agenda tetap yang akan menjadi salah satu unggulan Banyuwangi Festival.

Terimakasih mesti disampaikan untuk seluruh kerja keras anak-anak, juga kepada arranger musiknya yaitu Sayun Sisiyanto dan Moh. Syaiful. Dan pilihan lagunya yang masih mengedepankan lagu-lagu dengan unsur Banyuwangi yang kuat. Bukan lagu-lagu koplo dan “dangdutan” model sekarang.

Mestinya Pemda menyambut acara ini dengan membuat lomba orkestra anak-anak untuk masing-masing kecamatan. Dan hadiah utamanya, tampil dalam pertunjukan orkestra di Taman Blambangan setiap tahunnya mewakili Banyuwangi.

Jadi saya bayangkan, setiap kecamatan akan mengusahakan kelompok musik anak-anak. Daerah yang belum punya kelompok orkestra tradisional akan mendatangkan guru-guru dan pelatih. Yang belum punya gamelan Banyuwangi akan membeli. Anak-anak yang berlatih makin banyak. Yang tampilannya biasa, akan menjadi luar biasa dengan kompetisi.

Saya bayangkan Banyuwangi akan mempunyai stok banyak anak-anak yang piawai memainkan lagu-lagu tradisional. Ini akan menguatkan banyak bidang: ketahanan mental anak-anak masa depan Banyuwangi, meningkatkan ketrampilan, dan juga mendukung upaya pemda Banyuwangi yang sudah mencanangkan industri pariwisata sebagai tulang punggung ekonominya.

Saya bayangkan industri pembuatan gamelan akan tumbuh. Industri pertunjukan akan tumbuh. Industri pariwisata tersokong. Suatu saat nanti, pasti kekuatan musik tradisional Banyuwangi akan menjadi semakinn kokoh dengan banyaknya kader-kader yang mumpuni.

Anak-anak pintar ini bisa menjadi duta budaya Banyuwangi ke daerah lain, bahkan mungkin ke negara lain. Tidak banyak daerah yang mempunyai anak-anak dengan kemampuan piawai memainkan sebuah orkestra. Di saat daerah lain susah payah menggerakkan dan menegakkan kesenian tradisionalnya, Banyuwangi sudah melangkah lebih maju dengan menjadikan kesenian tradisionalnya sebagai tulang punggung berbagai festivalnya.

Industri pariwisata, selain menyajikan alam yang indah dan menyenangkan, yang paling penting adalah didukung dengan kekuatan orang-orang yang ada di dalamnya. Tanpa kekuatan yang menampilkan ciri tradisional khusus yang ada pada daerah tersebut, tempat wisata hanya bisa tampil tanpa roh. Tanpa sesuatu yang bisa dibawa pulang dalam kesan yang indah akan suatu daerah. Orang Banyuwangi sudah mempunyai potensi itu. Kekhasan dalam hal gaya hidup, bahasa, ketrampilan bermusik, kesenangan akan pertunjukan, dan terutama adat budayanya yang unik.

Saya berharap suatu saat kompetisi orkestra ini akan terlaksana. Semoga.

(iwandear@gmail.com)

1 komentar:

  1. Perlu penyamaan persepsi terhadap proses transfer notasi atau pun titi laras dari aranger kepada musisi. Bukan berarti yang sekarang kurang bener, namun untuk mencapai seratus pemusik kalo berbeda cara bacanya terus terang juga bikin pusing arangger atau pelatih..

    BalasHapus