Tanggal 28 Februari 2015 lalu, dua
acara tentang Banyuwangi meramaikan sebuah akhir pekan di ibukota.
Pertama, peluncuran program
Banyuwangi Festival 2015 yang diselenggarakan di Gedung Sapta Pesona kementrian
Pariwisata. Kedua sebuah fashion show yang menjadi bagian Indonesian Fashion
Week di Jakarta Convention Center.
Saat meluncurkan Banyuwangi
Festival 2015, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Beberapa jam sebelumnya, di
Gedung Sapta Pesona kementrian Pariwisata, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar
Anas dan Menteri Pariwisata Arief Yahya, menggelar peluncuran
Menteri Pariwisata berjanji akan membantu
menggelontorkan 1,5 milyar untuk membantu tiga acara wisata Banyuwangi, yaitu
International Tour de Banyuwangi-Ijen, Festival Gandrung Sewu dan Banyuwangi
Ethno Carnival.
Tahun ini Banyuwangi Festival
menggelar 38 acara, termasuk Festival Toilet Bersih sampai Festival Kuwung.
Untuk mencapai target 50 ribu
wisatawan, Banyuwangi disarankan untuk membuat Master Plan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional. Sementara memang Banyuwangi menyumbang sekitar 15 tempat
wisata, lebih banyak dibanding Jember (3) dan Situbondo (1).
Infrastruktur yang menunjang
pariwisata juga akan dibangung: 1. Perpanjangan landasan Bandara Blimbingsari
dari 1800 meter menjadi 2500 meter agar bisa didarati pesawat jet, tidak lagi hanya
turboprop yang menggunakan baling-baling, 2. Pelebaran jalan
Banyuwangi-Blimbingsari, serta 3. Mensertifikasi 100 anak Banyuwangi dengan
standar ASEAN. Dan disarankan membangun Marina. Selain mengundang banyak kapal
wisata, juga menciptakan pemandangan yang indah.
Banyuwangi juga akan dipromosikan
dalam 3B yaitu Bali, Banyuwangi, Bromo. Karena Banyuwangi secara internasional
belum dikenal, masih harus ditempelkan ke brand yang lebih mendunia yaitu Bali.
Menteri Pariwisata, bahkan memberi
insentif lain. “Kalau tahun 2015 ini wisatawan asing mencapai 50.000 orang ,
saya akan beri 2,5 milyar tahun depan.”
Ada dua catatan saya tentang
launching yang megah tersebut: 1. Audio CD yang dibawakan untuk mengiringi dua tari
Banyuwangi yang kurang bagus, akan berbeda kalau dibawakan live. 2. Icon BEC
lengkap dengan kostum yang lebih identik dengan Jember Fashion Carnaval. Lengkap dengan lensa mata yang lebih mirip binatang daripada orang. Sama
sekali tidak ada unsur Banyuwanginya apalagi memperlihatkan kekayaan budaya
Banyuwangi. Masih banyak kostum berunsur Banyuwangi yang bisa ditampilkan, ada Gandrung, Barong, Kebo-keboan, Seblang yang berakar dalam masyarakat, tinggal memolesnya kalau hendak ditampilkan lebih sebagai marketing gimmick.
Mudah-mudahan, Banyuwangi cepat membuat
lompatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar