Senin, 14 Juli 2014

Menggugat Cerita Sritanjung Sidhapeksa

Bagaimana asal-usul Banyuwangi? Kalau jawaban yang anda harapkan adalah rujukan sejarah, yang akan anda temui hanyalah rasa frustasi. Tak ada rujukan tertulis dalam laporan resmi Belanda (misalnya dari residen Banyuwangi ke gubernur jenderal di Batavia) atau catatan pribadi tentara Belanda atau tentara Inggris (yang juga pernah menduduki Banyuwangi).

Asal-usul Banyuwangi hanya hidup dalam legenda. Legenda, suka atau tidak suka, adalah sebuah cerita fiksi. Bagaimana mungkin seorang manusia, mengawini seorang bidadari yang lantas melahirkan Sritanjung? Sidhapeksa juga keturunan Pandawa. Jadi boleh dibilang ini cerita berbingkai. Menggabungkan cerita pewayangan dengan cerita (fiksi) yang melibatkan tokoh manusia. Meskipun di Banyuwangi sendiri, ada orang-orang yang yakin sumur di desa Temenggungan yang merupakan tempat tertumpahnya darah Sritanjung, sehingga pada waktu-waktu tertentu airnya berbau wangi sampai sekarang.

Kalau anda bertanya kisah fiksinya, anda perlu belajar dari Cak Lontong, untuk mencoba menggali dari orang sekitar. Adakan survey, bagaimana cerita Sritanjung Sidhapeksa? Bagaimana dengan versi yang muncul dalam drama rakyat? Bagaimana yang keluar dalam buku cerita anak-anak? Saya yakin, 99 persen, ceritanya berhenti sampai air sungai semerbak mewangi setelah Sritanjung dibunuh oleh Sidhapeksa. Sementara yang 1 persen? Mereka mempercayai apa yang dikatakan 99 persen orang yang disurvey. Misalnya yang ada pada Kemiren Art Performance yang dipentaskan di atas Banyu Gulung Kemiren beberapa hari lalu.

Padahal dalam serat aselinya (paling tidak yang saya dapat copynya tulisan orang Lugonto Rogojampi ditulis dalam huruf arab pegon, selesai ditulis tahun 1896 masehi), cerita Sritanjung adalah sebuah cerita happy ending.

Sritanjung, anak bidadari yang kawin dengan manusia, disunting oleh patih Sidhapeksa, yang keturunan dari Pandawa. Sritanjung mewarisi sebuah selendang yang bisa membuat orang yang memakainya terbang ke kahyangan tempat tinggal para dewa. Parasnya yang cantik membuat raja Kerajaan Sindureja, Sulakrama, jatuh cinta dan ingin merebutnya dari patihnya.

Akhirnya, Sidhapeksa diberi tugas yang sulit untuk mencari emas tiga gelung yang adanya hanya di kahyangan. Dengan bantuan selendang isterinya, dia bisa ke kahyangan dan mengobrak-abrik isinya. Sampai akhirnya dia dikeroyok oleh para dewa, dan ternyata dia tidak jadi dibunuh karena dia mengaku sebagai suaminya Sritanjung dan merupakan keturunan Pandawa.

Pada saat suaminya pergi ke kahyangan, Sritanjung didatangi oleh raja Sulakrama. Tetapi Sritanjung menolak segala keinginan raja.

Setelah turun ke bumi dan menghadap raja untuk menyerahkan apa yang dicari raja, Sidhapeksa dapat berita miring dari raja, bahwa Sritanjung mengajaknya serong. Sidhapeksa akhirnya marah pada Sritanjung dan membunuhnya. (Dan semua sudah tahu karena tidak bersalah air sungai menjadi wangi dan ini menjadi asal-usul Banyuwangi).

Sementara Sidhapeksa menyesali perbuatannya, Sritanjung dihidupkan lagi oleh dewa dan dikirim ke kakeknya. Di sana ia bertemu suaminya lagi. Dan pertemuan membahagiakan ini dirayakan dengan suka cita (yang dalam versi Lugonto, mereka nanggap ludruk, gandrung pria Marsan, dan wayang).

Mestinya mulai sekarang Legenda Sritanjung Sidhapeksa harus dikembalikan kepada pakemnya. Yang happy ending. Pakem asli itu memberi banyak pelajaran. Selain happy ending (penonton/pembaca selalu menyukai happy ending), juga memberi kesempatan kedua kepada orang yang melakukan kesalahan, dan tidak melulu hanya cerita kejam suami yang menghabisi isterinya. Tapi juga ada cerita cinta yang indah suami istri, dan akhir yang membahagiakan (semacam reward) untuk seorang istri yang sudah berbuat baik. Istri yang menjaga kehormatan untuk suaminya.

Kalau ceritanya dipotong hanya sampai Sritanjung mati, seakan-akan memberi pelajaran sebuah kesia-siaan untuk sebuah perbuatan baik.
Jadi, ayo kembalikan lagi legenda Sritanjung Sidhapeksa pada pakem aslinya. Di semua media, tulis, panggung atau cerita lisan.

iwandear@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar