Tanggal 21 November lalu saya mendapat amanah
menyelenggarakan acara Hibah Buku dari Ikawangi untuk Banyuwangi. Buku yang
akan dibagi adalah:
1.
Markas Ketelon (cerita anak-anak untuk kalangan
Sekolah Dasar negeri dan swasta) berbahasa Using
2.
Kembang Ronce 2014 (kumpulan cerita pendek untuk
kalangan SD, SMP, SMA/SMK negeri dan swasta) berbahasa Using. Merupakan
kumpulan cerpen yang dihasilkan dari Lomba Mengarang Cerita Pendek Berbahasa
Using tahun ini (diumumkan bulan Mei 2014 lalu).
3.
18+, merupakan sepenggal cerita perjalanan salah
seorang sesepuh Ikawangi, sampai beliau menjadi petinggi sebuah perusahaan.
Yang dibagian ke seluruh sekolah dari SD-SMA.
Selain 802 SD, 263 SMP-SMA/SMK, buku juga dibagikan ke para
pejabat UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah, pimpinan departemen Pendidikan yang
ada di kecamatan) yang membawahi 24 kecamatan, para MKKS (Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah) yang membawahi 6 kelompok (SMP Negeri dan Swasta, SMA Negeri
dan Swasta, SMK Negeri dan Swasta).
Buku juga dibagikan kepada beberapa pejabat terkait,
perpustakaan daerah, rumah-rumah baca, seniman, budayawan hampir 300 eksemplar.
Yang paling menggembirakan saya adalah Dewan Kesenian
Blambangan (DKB) ikut serta mengambil peran. Menurut Dinas Pendidikan, DKB memohon
untuk ikut membuat kajian mendalam mengenai buku-buku yang khusus tentang
budaya dan bahasa Using. Termasuk tiga buah buku di atas. Pertimbangannya
banyak buku-buku yang akhir-akhir ini beredar di sekolah dengan muatan yang
tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Sudah seharusnya sebuah lembaga yang mengurus kesenian
Blambangan, melakukan hal ini. Saya berharap, hasil kajiannya dipaparkan kepada
umum dengan mengundang semua stakeholder
Basa Using, semua orang dan lembaga yang berkepentingan dengan hidup matinya
bahasa Using yang nasibnya sekarang sedang di ujung tanduk ini.
Sewajarnya DKB melakukan pengkajian pustaka ini secara rutin dengan memaparkan kajiannya
yang mendalam kepada masyarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
publik. Karena belakangan banyak buku-buku yang beredar, tentang Banyuwangi
secara umum.
Misalnya: Siapa
Mereka? Tokoh Seniman dan Budayawan Banyuwangi (Eko Budi Setianto), ada Kembang Pethethan (Yeti Chotimah), Lilin yang Habis Terbakar (Eko Budi
Setianto), Sepotong Senja, Sepotong
Malam, Sepotong Roti (Taufik Wr. Hidayat) dan judul-judul buku lain yang
sekarang sedang dalam proses penerbitan.
Andai kajian pustaka ini dapat digelar rutin, misalnya
sebulan sekali, DKB tentu akan menghidupkan salah satu simpul kebudayaan,
berdiskusi tentang buku, memberi pencerahan. Pada ujungnya, memberi kontribusi
nyata terhadap perkembangan kesenian di Banyuwangi. Serta memberikan iklim
berkesenian secara umum yang sehat dan berwawasan mondial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar