Selasa, 21 April 2015

Telah Lahir Tokoh Sastra Using Muda



 
Perasaan bangga dan hati berbunga-bunga campur aduk saat membaca naskah kumpulan cerpen bahasa Using, yang akan diterbitkan dengan judul Jala Sutra. Kumpulan cerpen ini, hasil kolaborasi dua orang tokoh sastra muda Using – Moh. Syaiful dan Nur Holipah – yang sudah berulang kali juara dalam Lomba Mengarang Cerpen Bahasa Using.

Saya mengucapkan selamat, kepada kedua orang tersebut, karena karya ini saya pikir menjadi salah satu tonggak karya sastra berbahasa Using.  Sebelumnya bahasa Using hanya melahirkan satu dua karya novelet, novel, dan serial serta kumpulan cerpen dari beberapa orang.

Kenapa bangga? Selain karyanya yang menarik dan sangat kental ke-using-annya, saya menemukan beberapa kata, yang belum tercatat di kamus. Memang itulah salah satu tugas orang Blambangan/Banyuwangi: menyempurnakan kamus Using-Indonesia yang sudah susah payah disusun oleh almarhum Hasan Ali.

Kumpulan cerpen yang direncanakan terbit dan diluncurkan tanggal 9 Mei 2015 ini, saya pikir menjadi salah satu karya yang sangat penting untuk perkembangan bahasa Using ke depan. Mereka berdua ini saya perkirakan tokoh sastra Banyuwangi yang punya cerpen basa Using lebih dari lima judul.

Kata-kata baru dalam kumpulan cerpen yang belum termuat di kamus itu antara lain:

Mencirak (bangun dengan mata terbelalak), manuk begug (dalam bahasa Using lain ada yang menyebut manuk engguk, burung hantu), gencret (sejenis burung), nubengi (tadi malam), godor (ukuran cetakan gula merah), jemparing (anak panah), cemiklak (panas terik), melimbung (pikiran: terbang ke sana ke mari tak karuan), mertakak (melihat untuk memastikan), mrenco-mrenco (tersebar; tidak berdekatan), rabinumah (rumah tangga), cuplek (lesung pipi), pigeng (otot kaku karena posisi yang terus-menerus sama), tunjil (buah yang ukurane kecil meskipun sudah matang), nyeremuh (pikiran yang tidak-tidak), merinci (tersenyum), mekakat (berdiri dan menuju tempat tertentu), lurud (luluran dengan bahan kemuning, campuran berbagai bahan yang membuat kulit jadi kelihatan kuning), kenyih (lemas; tak bertenaga), wara (tidak mau), derem (langit mendung), ngujeti (membuka sesuatu yang menutup bungkusan), ngolob (merekatkan plastik dengan ujung api), keloler (bunga pohon Keluwih yang panjang, biasanya saat kering bisa dibakar sebagai obat nyamuk bakar), meciklak (balik dengan tangan hampa), angkul-angkul (menggendong anak tanpa selendang), mecenu (diam termenung).

Sungguh inilah yang membanggakan, karena dengan demikian basa Using itu berkembang, sudah dalam jalur yang benar. Seperti kita ketahui, kamus yang diterbitkan tahun 2002 itu belum mengalami perbaikan sama sekali sampai sekarang. Tugas kita-kita yang merasa ikut mempunyai basa Using inilah untuk terus menyempurnakannya. Masih banyak kata-kata yang belum tercatat dalam kamus itu dan tugas kita mencatat untuk memperbanyaknya.

Bahasa Using tidak bisa menjadi besar hanya dengan berdebat apakah ejaannya using atau oseng. Budaya Blambangan tidak menjadi lebih dihargai karena perdebatan ulang tahun Banyuwangi mestinya tanggal 18 Desember atau 24 Oktober atau 20 Oktober. Tugas kita sebagai generasi yang bertanggung jawab, adalah mewarisi semangat Jagapati dan pejuang lain mempertahankan Blambangan, supaya budayanya berkembang, bahasanya berkembang, dan budaya-bahasa Blambangan sejajar dengan budaya-bahasa lainnya. Cara menghidupkan dan mengembangkannya adalah nguri-uri, peninggalannya. Dengan KARYA.

Kalau yang masih berkeyakinan soal teori ejaan, using itu ditulis oseng, banting ditulis banteng, piring ditulis pereng, mancing ditulis manceng,  buktikan dengan karya yang memakai cara menulis yang seperti diyakini. Sehingga basa Using lebih baik dan Lebih sagah. Bahasa Using lebih kaya karena karya. Bukan sekedar caci maki dan nyamah dan maido karya orang lain. Buktikan, keyakinan soal ejaan itu, bikinlah kamus karena kamus pak Hasan Ali itu jelek. Bikinlah dengan ejaan yang diyakini lebih bagus. Bikin, dan bukan nyamah. Berkarya dan bukan maido.

Saya yakin baik Syaiful maupun Holip, tidak mau dikatakan sebagai tokoh sastra. Tapi bagi saya, dengan menunjukkan karyanya, mereka berdua tokoh sastra Using yang sebenarnya. Orang Blambangan yang mau ikut mengembangkan karya sastra Using/Blambangan tanpa banyak cingcong, hing kakean cangkem. Ini karya basa Usingku, mana karya basa Usingmu. Maju terus sastra Using, sastra Blambangan. (iwandear@gmail.com)